Sabtu, 14 November 2020 08:20 UTC
RSD dr Soebandi Jember. Foto: Faizin
JATIMNET.COM, Jember – Sebagai garda terdepan dalam penanganan Covid-19, para tenaga medis menjadi salah satu kelompok profesi yang paling rawan terpapar virus asal Wuhan tersebut.
Hal itu pula yang dialami oleh Marindra Yudiani, perawat yang bertugas di RSD dr Soebandi, Jember, Jawa Timur. Sebagai rumah sakit rujukan utama penanganan Covid, potensi terpapar virus bagi seluruh nakes di RSD dr Soebandi Jember amat besar.
“Tanggal 26 Mei itu menjadi tanggal saya dinyatakan positif Covid-19. Saya shock dan tidak percaya bahwa saya bisa terpapar Covid. Karena sebagai tenaga kesehatan, saya merasa paham dan telah mengikuti semua prosedur,” tutur Marindra saat dihubungi Jatimnet.com pada Sabtu 14 November 2020.
Awal mula Marindra terdeteksi terpapar karena dia merasakan gejala berupa sakit flu berat selama tiga hari. Setelah sembuh, Marindra merasa indra penciumannya makin berkurang. “Saya juga merasa meriang meski obat sudah habis saya minum,” papar perawat yang sudah bekerja selama 17 tahun ini.
BACA JUGA: Berkah Pandemi (1): Ngaji Daring di Pesantren Jangkau Lebih Luas Masyarakat
Saat itu, Marindra sudah mulai berpikir bahwa dirinya terpapar Covid. Namun perasaannya bergejolak dengan terus meyakinkan diri bahwa dirinya baik-baik saja. Dengan kondisi kesehatan yang tidak fit, Marindra terpikir untuk izin tidak masuk kerja. Namun ia merasa tidak enak hati kepada atasannya, jika izin tanpa alasan yang jelas.
“Saat itu hari Sabtu, saya konsultasi kepada koordinator perawat di ruang kerja saya. Lalu diputuskan, sore harinya saya masuk ruang isolasi di RSD dr Soebandi meski belum menjalani tes Swab,” ujar Marindra.
Karena masuk isolasi di akhir pekan, Marindra tidak sempat menjalani tes. Barulah pada Senin keesokan harinya, Marindra menjalani foto dan tes Swab. “Hasilnya keluar dan saya dinyatakan positif Covid-19,” jelas Marindra.
Setelah dinyatakan positif, tracing atau penelusuran dilakukan terhadap riwayat kontak terhadap Marindra. Hasilnya, kedua orang tuanya juga dinyatakan positif. Beruntung, suami dan kedua buah hatinya dinyatakan negatif. “Orang tua diisolasi di Rumah Sakit Bina Sehat selama 13 hari. Alhamdulillah sekarang mereka sudah sembuh setelah isolasi selama hampir satu bulan,” tutur Marindra.
BACA JUGA: Berkah Pandemi (2): Alumni Pesantren Manfaatkan Ngaji Kitab Virtual di Media Sosial
Tiga hari pertama di ruang isolasi, Marindra masih merasa bugar. Namun kemudian, ia merasa sesak di pernafasan. “Jalan ke toilet saja saya tidak kuat, karena merasa sesak nafas. Lalu diberi alat bantu nafas oksigen,” papar perempuan warga Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Kencong ini.
Setelah tiga minggu berada di ruang isolasi RSD dr Soebandi, sesak nafas mulai hilang. Marindra diperbolehkan pulang untuk melanjutkan isolasi mandiri di rumahnya. Sebab, saat itu Marindra masih belum dinyatakan negatif.
“Saya pulang masih dalam keadaan positif. Tetapi saat itu keluar Peraturan Menkes yang baru, yang menyatakan pasien positif jika selama satu minggu tidak ada gejala, maka boleh pulang dengan melakukan isolasi mandiri di rumah,” tutur Marindra.
Setelah hampir empat minggu isolasi mandiri di rumah, Marindra menjalani tes Swab yang terakhir dan dinyatakan telah sembuh. Selama masa isolasi –baik di rumah sakit maupun di rumah-, Marindra berupaya keras untuk bisa kembali sehat.
BACA JUGA: Hadapi Resesi Pandemi, Mahasiswa di Banyuwangi Ini Tekuni Bisnis Tanaman Botol
Selain obat dari rumah sakit, Marindra banyak mengkonsumsi makanan sehat, buah-buahan, jamu serta mengoleskan minyak kayu putih. “Dikasih saran makan ini, saya lakukan. Apapun, yang penting cepat sembuh,” ujar Marindra.
Manajemen setres diakui Marindra menjadi salah satu kunci penting pemulihan. Sempat terguncang di awal, Marindra terus memotivasi diri agar bisa lekas sehat.
“Dukungan moral dari keluarga, teman dan orang sekitar itu penting sekali. Saya berpikir, kalau saya stres, akan makin lama saya berada di ruang isolasi ini. Sebagai makhluk, kita harus berusaha dan Covid itu bukan aib, bisa disembuhkan juga,” tutur Marindra.
Saat ini, Marindra telah kembali beraktivitas sebagai perawat di Ruang Operasi RSD dr Soebandi Jember. Berkaca dari pengalamannya, Marindra berharap masyarakat senantiasa menerapkan pola hidup sehat.
“Anjuran pemerintah untuk mencegah Covid itu harus selalu dipatuhi. Mulai dari memakai masker, cuci tangan serta jaga jarak dan mengindrai berkerumun. Karena itu ada alasan ilmiahnya,” papar Marindra.
Bagi mereka yang tidak percaya Covid dan meremehkan protokol, Marindra meminta untuk tidak mengajak orang lain. “Kalau mau ngeyel, ya ngeyel sendiri saja, jangan mempengaruhi orang lain. Saya harap, masyarakat bisa mematuhi protokol kesehatan, agar tidak ada lagi yang mengalami isolasi seperti yang saya rasakan,” pungkas Marindra
