Logo

Bukit Sewu Sambang, Perpaduan Wisata dan Kearifan Lokal Warga Papring

Reporter:,Editor:

Senin, 23 August 2021 05:00 UTC

Bukit Sewu Sambang, Perpaduan Wisata dan Kearifan Lokal Warga Papring

SEWU SAMBANG. Bukit Sewu Sambang yang memiliki pemandangan Selat Bali dari atas berkembang menjadi destinasi wisata perkemahan, Sabtu, 21 Agustus 2021. Foto: Ahmad Suudi

JATIMNET.COM, Banyuwangi – Bukit Sewu Sambang di Lingkungan Papring, Kelurahan Kalipuro, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, berkembang menjadi destinasi wisata berkemah. Bukit yang lokasinya di sebelah barat Pelabuhan Ketapang itu menawarkan pemandangan perbukitan dan Selat Bali dari atas.

Bukit Sewu Sambang awalnya terkenal sebagai destinasi instagramable pada tahun 2019 yang menjadi tren wisata saat itu. Kemudian berkembang menjadi salah satu tempat favorit berkemah dan lokasi melihat matahari terbit.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Jajang Arum, Tamam Fauzi, mengatakan sekumpulan pemuda setempat mengelola destinasi tersebut sejak tahun 2016. Mereka membersihkan area bukit dan mulai menata akses jalan roda dua.

"Tahun 2018 baru kami dapat kunjungan orang main berwisata dan tahun 2019 mulai dibuka untuk umum," kata Tamam, Minggu, 22 Agustus 2021.

BACA JUGA: Melepas Penat di Puncak Asmoro Gombengsari Banyuwangi

Saat ini pihaknya mengenakan karcis masuk Rp5 ribu per orang dan Rp10 ribu untuk ongkos parkir kendaraan roda dua. Kendaraan roda empat bisa parkir di perkampungan dengan ongkos Rp10 ribu dan disediakan ojek ke Bukit Sewu Sambang dengan ongkos Rp5 ribu sekali jalan.

Uang yang masuk, kata Tamam, kerap setara dengan biaya yang dikeluarkan per bulan terutama karena jumlah kunjungan menurun sejak pandemi Covid-19. Selain pengojek, ada penjaga warung, penjaga area destinasi, dan penjaga saluran air yang turut menerima penghasilan dari kunjungan wisatawan.

"Biasanya yang banyak wisatawan berkemah itu malam Minggu. Kalau dulu bisa dapat 200 kunjungan per minggu, selama pandemi kadang dapat 100 kunjungan per minggu," kata Tamam.

Namun penurunan jumlah pengunjung tidak menurunkan semangat mereka dalam mengembangkan destinasi wisata perkemahan Bukit Sewu Sambang. Pokdarwis Jajang Arum hendak mengikuti pelatihan dan sertifikasi pemandu wisata yang diselenggarakan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Mereka juga bekerjasama dengan kampus-kampus dalam menyusun rencana pengembangan destinasi wisata perkemahan Bukit Sewu Sambang. Tak hanya pundi-pundi penghasilan, Tamam mengatakan pemuda setempat telah merasakan manfaat pengembangan bukit dengan meningkatnya rasa percaya diri mereka.

BACA JUGA: Ketenangan Beribadah Lintas Agama di Hutan Pinus

"Kampung kami ini bisa dibilang pelosok, banyak juga orang yang tidak tahu, tidak pernah dengar namanya. Sekarang kalau ditanyai orang mana, kami bisa dengan bangga menjawab bahwa kami orang Kampung Papring yang punya Sewu Sambang," ucap Tamam.

Pengunjung Bukit Sewu Sambang juga diwajibkan mengikuti aturan yang telah disusun sesuai kearifan lokal kampung tersebut. Misalnya pada malam Jumat, destinasi itu ditutup dan pemuda melaksanakan pengajian di sana untuk mendoakan orang tua masing-masing.

Pengunjung dilarang membawa minuman keras dan semua barang bawaan akan diperiksa sebelum mereka masuk ke kawasan bukit tersebut. Yang terakhir, pengunjung laki-laki dan perempuan dilarang tidur dalam satu tenda kecuali merupakan pasangan suami istri.

"Aturan itu juga untuk kebaikan para pengunjung sendiri karena ada jurang di sekeliling bukit yang berbahaya bagi orang mabuk," kata Tamam.