Logo

BPBD Jatim Dalami Potensi Bencana Likuefaksi di Lumajang

Reporter:,Editor:

Sabtu, 26 September 2020 03:00 UTC

BPBD Jatim Dalami Potensi Bencana Likuefaksi di Lumajang

Ilustrasi. Tim Peneliti yang juga Penyidik Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM, mengingatkan potensi likuefaksi (tanah gerak) di Jawa Timur, yakni Lumajang. Ilustrator: Gilas Audi

JATIMNET.COM, Surabaya - Ketua Tim Peneliti yang juga Penyidik Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM, Farah Destiasari mengingatkan potensi likuefaksi (tanah gerak) di Jawa Timur bagian Selatan. Salah satu daerah yang sudah terdeteksi adanya kemungkinan itu yakni di Lumajang. 

Karena itu, kata dia, aktivitas kajian dan penelitian tentang potensi bencana likuefaksi saat ini tengah dibangun di Lumajang, tepatnya di Kecamatan Kunir. “Kegiatan penelitian dilakukan dengan menggunakan tehnik bor tangan dan Swedish Sounding Test,” kata Farah, Jumat 25 September 2020. 

Pusat penelitian ini nanti akan mengambil sampel titik bor di 150 titik yang tersebar di beberapa desa di Lumajang. Sementara untuk Swedish Sounding Test, hanya digunakan sebagai pendukung. 

Sebagai langkah awal, lanjutnya, Tim PVMBG bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim dan BPBD Kabupaten Lumajang akan berkeliling di 11 desa yang ada di Kecamatan Kunir. Setidaknya sampai awal Oktober sudah ada aktivitas bor tangan yang dilakukan di Desa Sukosari. 

“Untuk titik pertama aktivitas bor tangan dan swedish sounding test dilakukan di lahan perkebunan samping Lapangan Sukosari, Dusun Sukomaju, Desa Sukosari,” terangnya. 

Sementara, BPBD Jatim juga mulai melakukan pendalaman potensi ancaman bencana likuefaksi di Jatim. Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) BPBD Jatim Gatot Soebroto mengaku siap mendukung penelitian yang dilakukan tim PVMBG. 

Ia mengungkapkan, kajian dan penelitian tentang potensi likuefaksi ini setidaknya menjadi langkah deteksi dini dan upaya kesiapsiagaan terhadap segala potensi bencana yang ada di Jatim. Pihakny berharap langkah ini sebagai upaya pencegahan atau deteksi dini terhadap risiko bencana. 

“Semua orang pasti berharap tidak ada bencana yang terjadi di sekitar kita. Karena itu kita perlu melakukan deteksi dini. Setidaknya untuk mengurangi risiko bencana, dan meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan,” kata Gatot.