Logo

Berharap Akhiri Pandemi, Masyarakat Banyuwangi Arak Barong Ider Bumi

Reporter:,Editor:

Selasa, 26 May 2020 10:40 UTC

Berharap Akhiri Pandemi, Masyarakat Banyuwangi Arak <em>Barong Ider Bumi</em>

USIR WABAH. Masyarakat desa adat Using di Desa Kemiren, Kec. Glagah, Kab. Banyuwangi tetap menggelar ritual Barong Ider Bumi, Senin, 25 Mei 2020. Ritual ini juga bertujuan untuk mengusir wabah termasuk Covid-19. Foto: Ahmad Suudi

JATIMNET.COM, Banyuwangi – Masyarakat desa adat suku Using di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, tetap menggelar ritual Barong Ider Bumi meski sedang pandemi Covid-19. Ritual ini digelar setiap tanggal 2 Syawal atau hari kedua dari Hari Raya Idul Fitri yang tahun ini diadakan pada Senin, 25 Mei 2020.

Ritual ini tidak hanya sebatas tradisi namun jadi ritual wajib yang harus dilaksanakan untuk memohon keselamatan desa setempat termasuk selamat dari wabah Covid-19 yang sedang melanda.

Pelaksanaan ritual Barong Ider Bumi ini juga menyesuaikan dengan kondisi pandemi dengan tidak diikuti banyak orang dan tertutup bagi wisatawan. Biasanya, Barong Ider Bumi disaksikan para pejabat dan ratusan wisatawan lokal dan mancanegara.

BACA JUGA: Banyuwangi Tunda Seluruh Festival Wisata, Kuliner, dan Budaya

Kali ini, ritual Barong Ider Bumi hanya dilakukan dengan perangkat inti mulai dari pegiat seni yang memerankan simbol-simbol mitologi hewan dan pemain musik yang mengiringi arak-arakan. Orang-orang yang terlibat dalam ritual ini juga wajib mengenakan masker.

Bahkan untuk mencegah kerumunan massa atau penonton ritual ini, petugas dari Satgas Covid-19 desa setempat mengenakan APD lengkap bersiaga dengan alat semprot berisi cairan disinfektan. Mereka menghalau warga yang berkerumun dan menyemprotkan cairan disinfektan di rute yang dilalui.

Pemangku Adat Selamatan Desa Kemiren generasi ke-7, Setyo Her Fendi, 32 tahun, menjelaskan ritual dimulai dengan ngaturi atau memohon restu Buyut Suko atau Buyut Cili (Cilik). Cara pelaksanaannya berziarah ke makam dengan menyajikan sesajen yang disukai nenek moyang warga Desa Kemiren itu.

BACA JUGA: Dampak Corona, Kunjungan Wisatawan Asing Turun 60 Persen

Setelah waktu asar berziarah ke makam sesepuh desa setempat, ritual dilanjutkan dengan pawai atau arak-arakan rombongan Barong. Rombongan berurutan dari depan ada dua orang pemeran pitik-pitikan atau ayam jantan dan betina, dua orang pembawa Barong dan delapan orang pemain musik tradisional.

Barong menari dengan iringan musik, juga pitik-pitikan yang bergerak memanfaatkan paruh dan kepak sayapnya untuk membuka jalan. Dari rumah Fendi dimana barong disimpan, arak-arakan berjalan hingga ke ujung barat desa, kembali sampai ujung timur dan pulang ke rumah Fendi. Sesuai namanya, Barong Ider Bumi, yang berarti Barong yang mengelilingi bumi desa setempat. 

"Setelah arak-arakan selesai sampai rumah, di sini diadakan selamatan," kata Fendi di rumahnya.

Selamatan harus menggunakan menu khusus yakni pecel pitik terbuat dari ayam panggang yang dilumat dengan sambal parutan kelapa, ketupat, lepet, dan sayur. Orang yang memasak menu itu juga dipilih, harus wanita tua yang tidak lagi mengalami menstruasi atau telah menopause.

Doa-doa yang dipanjatkan maupun tujuan umum penyelenggaraan ritual adalah untuk keselamatan desa dari berbagai kerusakan alam hingga penyakit manusia. Kerusakan alam bisa berupa bencana atau terganggunya lahan pertanian warga, sementara penyakit manusia bisa berupa wabah atau pandemi.

"Kalau dilaksanakan manfaatnya untuk masyarakat dan Bumi," kata Fendi.

BACA JUGA: Barong Banyuwangi Harapkan Pemerintah Dukung Kebuadayaan Lokal

Dia menjelaskan ritual Barong Ider Bumi harus dilaksanakan setiap hari kedua dari Hari Raya Idul Fitri sebagaimana pesan dari Buyut Suko yang pertama bermukim di tanah desa setempat. Kemudian Bupati Banyuwangi Samsul Hadi yang menjabat tahun 2000 - 2005 mencanangkannya menjadi kegiatan wisata dengan penambahan berbagai komponen penghibur.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang saat ini memimpin juga memasukkannya dalam rangkaian Banyuwangi Festival. Namun di tengah pandemi semua agenda Banyuwangi Festival dinyatakan ditunda sehingga masyarakat Desa Kemiren menggelar Barong Ider Bumi tanpa kesenian penghibur melainkan murni sebagaimana yang dilaksanakan dahulu.

"Untuk ritual tidak ada perbedaan, untuk festival ada perbedaan. Tapi untuk yang tertua, acara ritual intinya tidak boleh ditiadakan," kata Fendi.