Logo

Beras Analog Racikan Mahasiswa UB Raih Penghargaan di Seoul

Berbahan sederhana dari beras, tepung dan daun kelor
Reporter:,Editor:

Jumat, 28 June 2019 04:43 UTC

Beras Analog Racikan Mahasiswa UB Raih Penghargaan di Seoul

PRESTASI. Lima mahasiswi Universitas Brawijaya meraih penghargaan atas inovasi mereka berupa beras analog. Foto: IST

JATIMNET.COM, Malang - Karya inovasi Mahasiswa Universitas Brawijaya berupa Greenola (Green Rice Analog) meraih poin tertinggi pada Korean International Woman Invention and Expotition (KIWIE) 2019 yang berlangsung selama empat hari mulai 20-23 Juni 2019. Karya mereka mampu membuat dewan juri yang terdiri para ilmuwan dan praktisi industri Korea dan Singapura terpukau.

Mereka membawa pulang tiga medali masing-masing satu emas, perak dan perunggu di acara yang digelar Hall 9B, Exhibition Center 2, Korea International Exhibition Center (KINTEX) Seoul Korea Selatan.

Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian, Zelviana Putri mengatakan produk yang ia ikutsertakan di ajang internasional itu sebenarnya berbahan sangat sederhana.

BACA JUGA: Mahasiswa Unikama Ciptakan Monopoli Elektronik untuk Metode Pembelajaran

Ia mengkombinasikan beras, tepung dan daun kelor. “Greenolan ini dari beras analog tapioka, tepung sorghum dan ekstrak daun kelor,” terangnya ketika ditemui Jatimnet.com, Jumat 28 Juni 2019.

Zelfiana mengatakan, kombinasi yang mereka gunakan akan mampu melawan malnutrisi pada tubuh manusia karena kombinasi bahan tersebut menghasilkan beras dengan kandungan nutrisi yang lebih tinggi. Sehingga baik untuk kesehatan tubuh manusia.

“Kombinasi tersebut kaya akan zat gizi. Ini akan menghasilkan beras dengan kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibanding beras konvensional sehingga ampuh melawan malnutrisi,” paparnya.

PRESTASI. Piagam penghargaan yang diterima mahasiswi Universitas Brawijaya. Foto: Oky Dwi Prasetyo

Ide tersebut berawal dari permasalahan beras dalam negeri. Beras merupakan salah satu makanan pokok masyarakat asia seperti Indonesia, Malaysia, Jepang, Korea, Thailand dan sejumlah negara lain. Tetapi tingginya permintaan beras tidak diimbangi dengan produksi beras dalam negeri.

Menurut Zelfiana, Indonesia masih kesulitan dalam mengatur kebutuhan pangan hari ini. Ia juga ragu Indonesia bisa atau tidak beralih untuk mengonsumsi beras analog yang dinilai mampu melawan manutrisi.

“Indonesia harus mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dibutuhkan adanya diversifikasi pangan menggunakan bahan pangan lokal lainnya untuk dijadikan sebagai beras analog seperti tepung tapioka atau sorgum,” jelasnya.

BACA JUGA: Mahasiswa STTS Pasarkan Batik ke Pasar Internasional Melalui Aplikasi

Inovasi yang diciptakan Zelfiana dan timnya ini membuat masyarakat Korea mampu menerima Greenola sebagai makanan yang bergizi tinggi. Disamping itu daun kelor merupakan salah satu tanaman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Korea. Mereka menyebutnya dengan nama Moringa.

“Inovasi yang kami buat dapat diterima oleh masyarakat Korea. Mereka menganggap bahwa Greenola adalah beras yang unik dan bergizi tinggi, masyarakat Korea juga sering mengonsumsi Moringa,” tutupnya.

Acara yang berlangsung di Korea International Exhibition Center (KINTEX)  Seoul, Korea Selatan ini diikuti ratusan tim dari 20 negara. Setiap tim akan dinilai dari presentasi produk, display produk dan prototipe serta performance stand expo.