Logo

Begini Kreatifitas Anak-anak Difabel di Bidang Fashion

Reporter:

Rabu, 19 September 2018 00:03 UTC

Begini Kreatifitas Anak-anak Difabel di Bidang Fashion

Rizky saat menunjukkan hasil kreasi siswa YPAC Surabaya dalam brand "KULLE". Foto: Nani Mashita

JATIMNET.COM, Surabaya – Siapa bilang anak berkebutuhan khusus tidak mampu berkarya? Coba Tanya kepada Rizki Ramadityo Wicaksono, pemilik brand fashion “KULLE”, yang mampu memberdayakan lima siswa Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Surabaya untuk koleksi perdananya.

“Banyak yang memandang mata pada anak-anak difabel ini. Padahal mereka bisa punya value dan potensi besar. Selama ini tidak ada yang memberitahu kepada mereka, dan tidak diberi kesempatan,” kata pria yang akrab disapa Dio, Selasa 18 September 2018.

Dio yang baru saja lulus dari Prodi Desain Komunikasi Visual (DKV) UK Petra itu menuturkan proyek ini lahir sebagai bagian dari Tuags Akhir (TA) dengan judul Perancangan Komunikasi Visual Promosi Produk Fashion “KULLE”.  Dia mengatakan sebagai mahasiswa DKV, diharapkan tidak hanya mengedepankan sisi komersil namun mampu memecahkan masalah sosial lingkungannya.

“Oleh karena itu, saya mengajak para difabel ini. Dengan metode art therapy, selain meningkatkan kreatifitas juga untuk melatih kemampuan motorik mereka,” Kata Rizki menjelaskan.

Setidaknya butuh waktu hampir satu tahun bagi Dio untuk mampu menelurkan koleksi perdananya lewat goresan anak-anak YPAC yang diberi tajuk “Torehan”. Kata Dio, segala lukisan yang dituangkan dalam koleksinya merupakan murni karya dari siswa YPAC.  “Saya tidak mengarahkan harus bikin apa atau membuat gambar apa. Terserah mereka,” katanya.

Tak tanggung-tanggung, KULLE mampu membimbing para siswa YPAC ini menelurkan delapan look yang terdiri dari tiga item, yaitu atasan, celana dan aksesoris. Total semuanya ada 24 item yang kini dijual Dio seharga Rp175 ribu hingga Rp2,5 juta. Yang menarik, produk ini laris manis diserbu pembeli terutama dari Jakarta.

Lebih lanjut, Dio mengatakan lewat proyek ini, dia berharap karya anak-anak YPAC ini tidak sekadar bisa dipakai namun membawa nilai bagi lingkungannya. “Jadi ini bisa jadi inovasi dan saya berharap bisa menjawab isu lingkungan dan sosial kita,” tuturnya.

Ia menambahkan keuntungan dari penjualan ini akan kembali kepada anak-anak YPAC sebesar 35 persen. Dengan demikian program ini diharapkan bisa berkelanjutan.