Logo

Basuki: Jatim Butuh Pusat Kebudayaan di Surabaya Sebagai Pengikat

Reporter:,Editor:

Kamis, 07 November 2019 23:32 UTC

Basuki: Jatim Butuh Pusat Kebudayaan di Surabaya Sebagai Pengikat

Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPRD Jawa Timur Basuki Babussalam. Foto: Ist

JATIMNET.COM, Surabaya - Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPRD Jawa Timur Basuki Babussalam menilai, Jatim perlu memiliki pusat kebudayaan yang berpusat di tengah ibu kota, yakni Surabaya untuk menjaga identitas peradaban dan kebudayaannya.

Bentuknya, lanjut Basuki, bisa beraneka ragam. Salah satunya bisa berupa museum. “Banyak (negara) yang memiliki museum sekaligus pusat kebudayaan yang berfungsi sebagai penjaga nilai peradaban. Posisinya di jantung kota,” ujar Basuki dalam keterangan resminya, Kamis 7 November 2019.

Ia mencontohkan, sejumlah kota besar yang memiliki museum sebagai identitas budaya adalah The Metropolitan Museum of Art New York, Gedung Opera di Sydney, London dengan British Museum, dan Paris dengan Louvre.

BACA JUGA: Pemkot Surabaya Kejar Penyelesaian Museum Pendidikan

Seharusnya, menurut Basuki, sebagai provinsi yang besar dengan warisan sejarah hebat memiliki ruang publik bernuansa budaya asli. Sehingga gempuran budaya asing yang masuk bisa terpagari.

“Apalagi saat ini media sosial dan narkotika menjadi ruang masuknya budaya. Ini diharapkan mampu menjadi penyeimbang dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan,” ungkap politisi yang juga Sekretaris DPW PAN Jatim tersebut.

Ia mengaku prihatin dengan ketiadaan simbol budaya dan peradaban kota yang tidak dimiliki Surabaya. Padahal seharusnya ibu kota provinsi memiliki simbol-simbol itu.

BACA JUGA: Pemkot Surabaya Geser Museum Olahraga di Gelora Pancasila

“Kalau berkunjung ke kota-kota besar dunia, selalu ada area budaya yang bisa menjadi simbol peradaban kota. Nah, Jawa Timur nggak punya. Karena itu wajar orang bingung mau ngapain kalau berkunjung ke Jawa Timur,” tuturnya.

Soal lokasi museum atau ruang publik, Basuki menyerahkan sepenuhnya pada kebijakan pemerintah. Intinya, harus bisa menjadi pusat peradaban. Karena itu harus di poros kota.

Dia yakin pemerintah provinsi punya aset yang bisa digunakan. “Dari pada nganggur dan tidak maksimal, sudah saatnya memikirkan kekayaan milik pemerintah Jawa Timur dimanfaatkan untuk kebahagiaan masyarakat Jawa Timur,” sebut Basuki.

BACA JUGA: Dibuka November, 800 Koleksi Disiapkan untuk Mengisi Museum Pendidikan Surabaya

Sementara beberapa museum dan pusat kebudayaan yang dimiliki Pemprov Jatim, Basuki menyebutkan, letaknya terlalu jauh. Museum Mpu Tantular berada di Sidoarjo. Kemudian Perpustakaan provinsi justru tidak terlalu terlihat, yakni Bratang. Sedangkan Masjid Agung sebagai pusat kebuduaan Islam malah berada di pinggiran kota.

“Ada area pertunjukan di Candra Wilwatikta di Pandaan (Pasuruan). Sehingga tidak bisa menciptakan kesatuan resonansi yang kuat untuk menjadi ruang publik yang sesungguhnya,” tandasnya.