Logo

Bantaran Sungai Marmoyo Mojokerto Diduga Diuruk Pakai Limbah B3

Reporter:,Editor:

Sabtu, 21 September 2019 23:30 UTC

Bantaran Sungai Marmoyo Mojokerto Diduga Diuruk Pakai Limbah B3

URUK TANGGUL. Alat berat sedang meratakan tanah. Pengurukan tanggul yang jebol di bantaran Sungai Marmoyo, Mojokerto diduga menggunakan limbah B3. Foto: Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Pengurukan bantaran Sungai Marmoyo di RT 03 RW 04, Dusun Kembangan, Desa Mojojajar, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, diduga menggunakan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3).

Saat Jatimnet.com mendatangi lokasi tersebut, tepatnya di lokasi longsoran tanggul yang berada di pinggiran Sungai Marmoyo tampak tanah berwarna abu-abu kehitaman sudah mengering.

Sebagian kecil urukan yang memanjang sekitar 150 meter sudah ditutupi dengan tanah dan bebatuan berwarna coklat untuk melapisi urukan paling atas.

BACA JUGA: Kulit Bocah Tuban Terbakar Enam Persen Diduga Terkena Limbah B3

Meski demikian, aroma menyengat masih tercium begitu kuat. Terutama ketika matahari cukup terik sehingga membuat orang yang lewat di situ terasa sesak. Urukan tanah terlihat berwarna abu-abu kehitaman seperti pasir, beberapa berbentuk bongkahan seperti batu alam.

Di lokasi, masih tampak aktivitas alat berat ekskavator yang dikemudikan laki-laki menggunakan topi keselamatan berwarna biru, dan kaos lengan panjang hitam berwarna hijau bertuliskan Green Environmental Indonesia (GEI). Tepatnya pukul 13.42 WIB, kendaraan itu mulai meratakan tumpukan-tumpukan tanah di sekitar bantaran sungai.

Kegiatan pengurukan tanggul yang longsor ini diketahui warga sudah berlangsung seminggu lalu atau Minggu 15 September 2019.

BACA JUGA: Dinkes Kabupaten Mojokerto Tak Beri Tindakan Petugas Pemberi Salep Kedaluwarsa

“Sudah semingguan, makanya sudah ada yang dikasih tanah uruk biasa di atasnya. Pak Lurah sendiri kok yang ngawal tanah diturunkan dari truk kemarin Jumat (20 September 2019)," ungkap salah satu warga setempat yang enggan disebutkan namanya.

DIDUGA B3. Tanah uruk di bantaran Sungai Marmoyo, Mojokerto ini diduga limbah B3. Foto: karina Norhadini

Saat ditanyai mengenai asal muasal urukan tersebut dari mana, warga tidak mengetahuinya. "Waktu kades di sini, saya langsung tanya apa ada dampaknya ke sumber air?. Terus kades bilang, gak apa-apa kok Bu, tapi kenyataanya lho di selatan kali airnya semua sudah pada beli terutama beli air minum dan masak," jelasnya pada Jatimnet.com, Sabtu 21 September 2019.

BACA JUGA: Aktivis Desak KLH  Serta Aparat Usut Pembuangan Limbah Lakardowo

Warga juga mengakui bau yang dikeluarkan dari tanah uruk sangat menyengat kalau terkena sinar matahari langsung. “Baunya gak enak. Kalau yang sesak kasihan, dada jadinya sesak. Jujur saja saya takut kalau air sumber yang saya pakai nanti tercemar, seperti sebelah selatan sungai kalau buat mencuci baju putih jadi kuning bajunya," ucapnya.

Kepala Desa Mojojajar, Kecamatan Kemlagi, Suwandi saat dikonfirmasi mengatakan kalau pengurukan tanggul yang longsor adalah permintaan warga.

"Ini permintaan warga. Kalau saya kasih tanah uruk asli ya gak mampu. Makanya bawahnya kami uruk itu. Ya pura-pura gak tahu saja. Nanti, atasnya diberi lapisan urukan tanah" ujar Suwandi di Kantor Kepala Desa Mojoanyar.