Minggu, 02 December 2018 12:23 UTC
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan (tengah) melakukan negosiasi agar ratusan mahasiswa Papua meninggalkan asrama di Jalan Kalasan 10, Surabaya. FOTO: M.Khaesar Januar Utomo
JATIMNET.COM, Surabaya – Suasana di depan asrama mahasiswa Papua Jalan Kalasan nomor 10 Surabaya terlihat tegang pasca pemulangan 233 mahasiswa dari Polrestabes Surabaya. Ketegangan dipicu adanya tarik ulur antara pihak keamanan dengan ratusan mahasiswa.
Pihak kepolisian yang dipimpin Kapolrestabes Surabaya meminta ratusan mahasiswa Papua kembali ke daerah masing-masing. Adapun ratusan mahasiswa ngotot masih ingin menetap di asrama tersebut.
Kapolrestabes Komisaris Besar Polisi Rudi Setiawan berharap seluruh mahasiswa pulang ke daerah masing-masing. Adapun mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut maksimal empat.
“Saya meminta kepada rekan-rekan untuk kembali pulang ke daerah masing-masing,” katanya di sela negosiasi, Minggu 2 Desember 2018 petang. Pihaknya juga meminta mahasiswa yang kos di Surabaya juga kembali ke tempatnya, dan tidak menetap di asrama.
Bahkan Rudi Setiawan menjamin keselamatan mahasiswa asal Papua apabila asrama tersebut dikosongkan. Namun sejumlah mahasiswa diduga enggan kembali ke daerah masing-masing dengan alasan yang belum jelas.
Ketegangan terlihat di luar asrama di mana ratusan ormas yang tergabung dengan laskar NKRI berada di luar pagar. Begitu juga dengan ratusan Brimob berpakaian lengkap sudah mengantisipasi segala kemungkinan terburuk.
Ratusan ormas tersebut berteriak agar ratusan mahasiswa keluar dari Surabaya, yang dianggap mengganggu stabilitas keamanan di Surabaya. Ormas tersebut sempat bentrok dengan ratusan mahasiswa asal Papua lantaran menerikkan Papua Merdeka pada aksi masa 1 Desember 2018.
Sebelumnya kuasa hukum Aliansi Mahasiswa Papua, Veronica Koman mendesak kepada pihak kepolisian agar diizinkan 40 orang tinggal di dalam asrama. Namun permintaan tersebut tidak diizinkan lantaran terlalu banyak, dan pihak kepolisian tidak menjamin keselamatan dan keamanan.
Dari hasil negosiasi akhir sekitar 50 mahasiswa segera meninggalkan asrama untuk kembali ke Malang.