Rabu, 13 May 2020 16:20 UTC
ASRAMA HAJI. Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, jadi tempat alternatif isolasi pasien Covid-19, Rabu, 13 Mei 2020. Foto: Restu Cahya
JATIMNET.COM, Surabaya – Dalam upaya memutus mata rantai persebaran Covid-19, Pemkot Surabaya telah menjalin kerjasama dengan dua rumah sakit rujukan untuk tambahan ruang isolasi yakni RS Husada Utama dan RS Siloam Hospital, serta Asrama Haji Sukolilo untuk kamar observasi.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan pemkot dan RS Husada Utama kerjasama dalam menyiapkan tambahan kapasitas bed ruang isolasi perawatan pasien Covid-19. Ruang pertemuan di rumah sakit dirombak jadi tempat perawatan pasien.
"Kita maksimalkan RS Husada Utama dulu dengan 200 bed, terus ada sisa 40 bed yang belum dimanfaatkan. Kita juga dibantu RS Siloam Hospital 40 bed. Kemudian kalau itu tidak bisa nampung, baru Asrama Haji," kata wanita yang akrab disapa Risma ini di Balai Kota Surabaya, Rabu, 13 Mei 2020.
Ia mengaku akan memaksimalkan rumah sakit dahulu sebelum menggunakan Asrama Haji Sukolilo karena berkaitan dengan kebutuhan tenaga medis. Sebab, bagaimanapun di Asrama Haji pihaknya butuh tenaga medis, bukan hanya perawat tapi juga dokter yang tinggal di sana.
BACA JUGA: Rapid Test Massal, Surabaya Tambah Kapasitas Tempat Isolasi Pasien Covid-19
“Sementara di RSUD Soewandhie dan RS Husada Utama (tenaga medis) kewalahan. Memang ada dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia) kemarin yang siap membantu untuk itu,” ia menerangkan.
Di waktu yang sama, Koordinator Bidang Pencegahan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Febria Rachmanita mengatakan Asrama Haji Sukolilo menjadi salah satu asrama observasi yang digunakan sebagai gedung perawatan alternatif. Nantinya, asrama itu bakal ditempati Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
"Totalnya berjumlah 198. Yang menempati nanti ODP. Jadi aman digunakan untuk asrama observasi," kata wanita yang akrab disapa Feny itu.
Sedangkan untuk petugas yang disiapkan di asrama observasi itu adalah petugas khusus untuk merawat dan menjaga warga yang tinggal sementara di sana. Petugas terdiri dari anggota Linmas, Satpol PP, perawat hingga dokter.
"Selama observasi nanti mereka diawasi tim dokter. Ada penjagaan khusus," ia mengungkapkan.
Sementara itu, Kepala UPT Asrama Haji Sukolilo, Sugianto, menyampaikan bahwa penggunaan kamar di Asrama Haji Sukolilo ini sebagai bentuk dukungan kepada Pemkot Surabaya terhadap upaya penanganan Covid-19.
BACA JUGA: Cegah Penularan Covid-19, Tim Gugus Surabaya Lakukan Metode Sarang Tawon
“Kami sudah menyiapkan dua gedung yang bersebelahan tapi ada jarak pembatasnya. Masing-masing berkapasitas 24 kamar dua lantai, jadi total dua gedung itu ada 48 kamar,” kata Sugianto saat ditemui di Asrama Haji Sukolilo.
Akan tetapi, jika nantinya kebutuhan kamar di Asrama Haji dinilai kurang, pihaknya memastikan telah menyiapkan opsi gedung lain yang berjauhan namun masih di area asrama.
“Kami juga dibantu Ibu Wali Kota terkait operasionalnya di dalam gedung ini termasuk kebersihan dan keamanan,” ia menjelaskan.
Menurutnya, pengawasan terhadap ODP yang menjalani isolasi nantinya cukup ketat. Mereka yang tinggal sementara di sana tidak boleh meninggalkan jauh dari area gedung dan menerapkan protokol kesehatan.
“Mereka tidak boleh meninggalkan jauh dari area gedung karena akses ke gedung ini ada pagarnya. Selain itu mereka juga akan mendapat suplai makan tiga kali sehari," ia menerangkan.
BACA JUGA: Tes Swab Terus Berjalan, Positif Covid-19 di Surabaya Diprediksi Bertambah
Sugianto menekankan bahwa penggunaan Asrama Haji Sukolilo sebagai ruang oservasi tidak mengganggu pelayanan ibadah haji. Sebab penggunaan Asrama Haji untuk ruang isolasi sampai 10 Juni 2020. Jadi kalau sewaktu-waktu perjalanan haji dibuka kembali, asrama bisa digunakan sebagaimana mestinya.
“Ada batas waktu maksimal penggunaan Asrama Haji untuk karantina ini sampai tanggal 10 Juni. Tapi saya yakin mudah-mudahan tidak sampai tanggal itu,” ia mengungkapkan.
Sugianto menegaskan bahwa orang yang menjalani observasi di Asrama Haji bukan pasien positif Covid-19. Tapi mereka adalah keluarga yang terdampak. Karena itu, ia menekankan kepada masyarakat maupun pegawai di Asrama Haji tidak perlu khawatir.
“Jadi yang dikirim di sini bukan orang positif Covid-19 atau sakit, tapi orang yang diisolasi di sini adalah orang yang terdampak,” ia memungkasi.