Logo

Akibat Sirene Perusahaan Tambang Pasca Gempa, Warga Banyuwangi Mengungsi ke Bukit

Reporter:,Editor:

Rabu, 24 July 2019 07:18 UTC

Akibat Sirene Perusahaan Tambang Pasca Gempa, Warga Banyuwangi Mengungsi ke Bukit

Ilustrasi oleh Gilas Audi

JATIMNET.COM, Banyuwangi - Ratusan warga Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, mengungsi ke gunung setelah terjadi gempa bumi berkekuatan 4,9 Skala richter berpusat di Selat Bali, 84 kilometer sebelah barat daya Jembrana Bali, Rabu 24 Juli 2019.

Informasi yang didapat, warga mendengar sirene yang dianggap peringatan dini tsunami setelah gempa bumi yang dilaporkan terjadi pada pukul 08:29 WIB itu.

Meski peringatan dini dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait gempa di kedalaman 71 kilometer itu, mengatakan tidak berpotensi tsunami, namun warga pesisir pantai selatan tetap memilih mengungsi.

Arah pengungsian mereka ke bukit, seperti Bukit Salakan, dan ke Balai Desa Sumberagung.

BACA JUGA: Amalkan Ajaran Fang Sheng, Umat Tridharma Lepas Seribuan Tukik

Galang Anggriawan (26) warga Pancer saat dihubungi Jatimnet mengatakan, sebagian warga lain memilih mengungsi ke balai desa.

"Berdasarkan isu diduga karena adanya bunyi sirene. Setelah diklarifikasi katanya sirene tersebut bukan peringatan tsunami. Saya belum tahu pastinya karena saat ini masih posisi mengungsi di Sanggar," kata Galang.

Dikatakannya warga tetap mengungsi meski peringatan dini BMKG menyatakan tidak ada potensi tsunami, karena trauma tsunami 1994 yang mengakibatkan 229 warga meninggal dunia.

Sirene yang mereka dengar dan belum diketahui dari mana asalnya, membuat warga memutuskan mengungsi.

BACA JUGA: Suhu Kawah Ijen Capai Tiga Derajat, Kunjungan Wisata Masih Tinggi

Kabid Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Eka Muharram Suryadi mengatakan, sirene yang berbunyi di Pancer bukanlah yang dioperasikan oleh dirinya.

Sirene peringatan dini tsunami, seharusnya hanya bisa dibunyikan oleh BPBD setempat dengan mendapatkan rekomendasi dari BMKG.

Namun, menurut Eka, sirene berasal dari kawasan yang dikelola perusahaan tambang emas di Gunung Tumpang Pitu, PT Bumi Suksesindo (BSI), yang dibunyikan untuk kalangan internal.

Warga yang mendengarkannya langsung lari ke tempat tinggi, sesuai dengan prosedur mitigasi bencana yang telah disosialisasikan pada mereka.

"Cuma bunyi itu kemudian terdengar keluar, sehingga menimbulkan kepanikan warga sehingga banyak yang mengungsi. Tapi sudah kami berikan pemahaman, pengertian, sekarang sudah normal kembali," kata Eka saat dihubungi.

BACA JUGA: Kesan Menteri Rini Pada Kuliner Khas Banyuwangi, Sego Tempong

Dikatakannya dari sembilan early warning system (EWS) yang terpasang di Banyuwangi, tujuh di antaranya tidak berfungsi.

Sedangkan yang berfungsi berada di pantai Pancer dan Muncar. Namun sirene yang berbunyi hari ini bukan dari EWS di Pancer, melainkan sistem internal perusahaan tambang di PT BSI.