Senin, 17 January 2022 15:00 UTC

DISKUSI: Bupati Jember Hendy Siswanto (paling kanan) saat berdialog tentang keterbukaan informasi publik, Minggu malam, 16 Januari 2022. Foto: Faizin Adi
JATIMNET.COM, Jember – Bupati Jember Hendy Siswanto ternyata pernah menjadi korban hoaks atau disinformasi. Bahkan, Hendy mengaku sempat ditegur kinerjanya oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa gara-gara informasi yang ternyata salah.
Peristiwa ini dikisahkan Hendy saat menggelar dialog informal tentang keterbukaan informasi yang digelar di Pendapa Wahyawibawagraha, Minggu malam, 16 Januari 2022.
Hadir sebagai pembicara dalam dialog yang dikemas informal itu adalah dua praktisi media, yakni Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jatim Arif Rahman dan jurnalis senior Dwi Eko Lokononto.
“Kalau di sini saya jadi host, Bupatinya tidak ada,” ujar Hendy setengah berkelakar.
BACA JUGA: Pasang Foto Hoaks NU Gelar Natal, Pria di Jember Didatangi Ansor
Dialog kemudian berlanjut dengan curhatan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember Sigit Akbari yang mengaku cukup kerepotan menghadapi banjir informasi yang sebagian tidak benar.
Ia mengisahkan ketika ditegur Hendy tentang berita nenek miskin yang makan rumput dan hidup sebatang kara. “Ternyata itu berita lama,” tutur Sigit.
Hal itu juga dibenarkan Hendy di forum yang sama. “Saya kaget, kok bisa hal seperti itu ada di Jember. Saya merasa sangat berdosa jika ada rakyat yang seperti itu. Makanya saya sempat marah ke teman-teman OPD (Organisasi Perangkat Daerah). Seperti Dinsos dan BPBD,” tutur Hendy.
Hendy juga mengaku sempat ditegur Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang juga ikut membaca berita yang tersebar di media sosial itu. “Saya sempat ditegur. Kok bisa terjadi seperti ini. Anda itu gimana. Tetapi ternyata itu berita lama, cuma kadung viral,” ujar pria yang menjadi bupati sejak Februari 2021 ini.
BACA JUGA: Polres Jember Tangkap Penyebar Video Hoaks Kerusuhan Penertiban Pasar saat PPKM
Berita tentang nenek miskin yang hidup sebatang kara dan makan rumput itu memang benar terjadi. Namun ramai diberitakan pada tahun 2017 pada masa pemerintahan Bupati Faida.
Hendy mengaku tidak tahu motif pembuat kabar bohong itu. Meski sempat tertipu berita hoaks, Hendy tidak geram. Ia justru menjadikan hal itu sebagai tantangan untuk mewujudkan keterbukaan publik.
“Bahwa masyarakat Jember ini perlu untuk terus kita beri sosialisasi. Ini juga sebagai pembelajaran tentang keterbukaan,” kata Hendy.
Ia meminta, seluruh jajarannya tidak ragu atau takut menjawab kritik dan pertanyaan publik. “Kita menjawabnya dengan kinerja,” kata Hendy.
