
Reporter
A. BaehaqiRabu, 9 Oktober 2019 - 02:46
Editor
Rochman AriefJATIMNET.COM, Surabaya – Dosen Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi menyebutkan ada salah komunikasi pada acara silaturahmi antara mahasiswa dengan Gubernur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi, Selasa 8 Oktober 2019 malam.
Angga, sapaannya, sekaligus penghubung antara mahasiswa dengan gubernur mengaku kecewa pertemuan tersebut urung terlaksana. Namun demikian dia mengaku pertemuan akan tetap bisa terlaksana di hari yang berbeda.
“Nanti akan dipertimbangkan oleh Bu Gubernur dalam situasi dan kondisi yang lebih nyaman, lebih dialogis, lebih menghormati satu sama lain,” ujar Angga yang juga tim navigasi Khofifah-Emil, Selasa 8 Oktober 2018 malam.
Dosen FISIP Unair itu menyayangkan segelintir kalangan menampilkan suasana tidak nyaman dalam acara silaturahmi di Grahadi. Menurutnya, mahasiswalah yang meminta waktu agar bisa berdialog dengan Khofifah.
BACA JUGA: Pertemuan Mahasiswa dengan Gubernur Jatim Ditunda
Dia mengaku beberapa mahasiswa ingin dikomunikasikan agar bisa menyampaikan aspirasi yang selama ini disuarakan melalui beberapa aksi unjuk rasa.
“Sepertinya ada miskomunikasi. Kami sendiri meminta maaf kepada Bu Gubernur, kepada Bapak Kapolda Jatim dan Bapak Pangdam terkait dengan peristiwa ini,” ungkapnya.
Agenda silaturahmi ini memang digelar rutin dengan Forum Komunikasi Kepala Daerah (Forkopimda) Jawa Timur. Karenanya, hadir pula Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Luki Hermawan dan Pangdam V/Brawijaya Mayor Jenderal TNI R Wisnoe Prasetja Boedi.
Meski sempat gagal, Angga optimis komunikasi antara gubernur dengan mahasiswa bisa dijalin kembali. Tinggal bagaimana mengelola miskomunikasi agar tidak terulang.
BACA JUGA: Mahasiswa Tolak Jamuan Makan Malam di Grahadi
Ia berharap mahasiswa menyiapkan aspirasi yang menjadi isu utama seandainya dilakukan forum silaturahmi lagi. Namun, Angga meminta, sebagai orang Indonesia harus ada penghormatan terhadap suguhan yang disajikan tuan rumah. “Perlu belajar berpolitik yang santun dan beradab dalam berdemokrasi,” tegasnya.
Disinggung terkait aksi Surabaya Menggugat jilid II yang rencananya digelar 10 Oktober 2019, Angga mengaku tidak mengetahui. “Saya kurang tahu. Saya pikir ini adalah upaya yang dilakukan untuk mencari proses dialog,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua BEM Unair, Agung Triputra mengaku tidak tahu ada komitmen sebelum pertemuan di Grahadi. Menurutnya, audiensi dengan gubernur bersifat dialog. “Ternyata pemaknaannya lain dari rekan-rekan di pemerintahan (pemprov),” kata Agung ditemui usai audiensi.
Sedangkan untuk sikap tidak makan, lanjutnya, sebagai bentuk perjuangan. Sebab ia beserta mahasiswa yang lain menolak makan sebelum dialog. “Bahwa kami datang untuk berdialog,” tandasnya.