Logo

60 Persen Kematian Ibu dan Bayi Disebabkan Hipertensi

Bisa dicegah dengan cek tensi dini.
Reporter:,Editor:

Rabu, 10 July 2019 03:23 UTC

60 Persen Kematian Ibu dan Bayi Disebabkan Hipertensi

Staf ahli menteri kesehatan bidang ekonomi M. Subuh (tengah) foto bersama panitia PIT POGI di Hotel Shangri-La. Foto: Khoirotul Lathifiyah

JATIMNET.COM, surabaya - Staf ahli Menteri Kesehatan Bidang Ekonomi M. Subuh menyampaikan, 60 persen kematian ibu dan bayi dikarenakan hipertensi. Hal tersebut banyak terjadi karena masyarakat, khususnya ibu hamil tidak mengetahui kondisi kesehatannya.

"Padahal hipertensi kan dapat diketahui sejak dini dengan pemeriksaan tensi di puskesmas," paparnya usai mengisi acara dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan POGI di Hotel Shangri-La Surabaya, Selasa 9 Juli 2019.

Oleh sebab itu, untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi harus dilakukan komunikasi dari hulu hingga hilir. 

Ia mengungkapkan, penyebab kematian ibu dan bayi di Indonesia juga beragam,  seperti di Indonesia bagian barat angka kematian banyak terjadi di dalam rumah sakit. 

BACA JUGA: Ibu Hamil Penderita Migrain Berisiko Alami Keguguran

"Artinya hal ini terjadi karena keterlambatan merujuk, kondisinya sudah tidak baik saat dibawa ke rumah sakit. Akhirnya saat di rumah sakit sudah tidak dapat tertolong," kata dia.

Menurutnya hal seperti ini dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) di puskesmas, bidan yang merupakan fasilitas kesehatan (faskes) pertama bagi masyarakat. 

"Antenatal care inilah yang akan kita galakan ke rumah sakit yang idealnya dilakukan sebanyak 6 kali selama masa kehamilan," ucapnya. 

Menurutnya, di Indonesia bagian barat, angka kematian ibu dan bayi lebih banyak terjadi di rumah sakit. Sedangkan, di Indonesia bagian timur, kematian ibu dan bayi banyak terjadi diluar faskes kesehatan, atau sebelum dibawa kesana. 

BACA JUGA: Istri Hamil Lima Bulan Empat Kali Diajak Gasak Motor

"Tentu saja hal ini menjadi fokus penting, sebab indeks pertama dari suatu pembagunan adalah masyarakatnya," kata Subuh.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) disebut berperan penting, bersama dengan pemerintah daerah, untuk bersinergi menurunkan angka kematian ibu dan bayi. 

"Kami berharap dengan disiplin ilmu dan tenaga ahli di dalam POGI dapat bersinergi bersama-sama untuk menyelesaikan masalah ini, agar tujuan di tahun 2024 angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan menjadi 183 per 1000 penduduk dari 300 per 1000 penduduk," pungkasnya.