Jumat, 12 July 2019 16:55 UTC
EKSPEDISI. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo dalam persiapan pelepasan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) di Pantai Boom Banyuwangi, Jumat 12 Juli 2019. Foto: Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Sebanyak 584 desa di pesisir selatan Pulau Jawa menjadi sasaran Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami yang dilaksanakan sebulan mendatang oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
BNPB mengawali ekspedisi ini dari kabupaten di ujung timur Pulau Jawa, Banyuwangi, Jumat 12 Juli 2019.
Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB Lilik Kurniawan mengatakan, di Indonesia terdapat 5.744 desa dan kelurahan di pesisir yang memiliki kerawanan tsunami dari sedang hingga tinggi. Ekspedisi ini akan berlangsung selama 34 hari setelah pelepasan.
Sebanyak 584 di antaranya berada di selatan Jawa dan menjadi sasaran ekspedisi. Dari Banyuwangi ekspedisi akan dilanjutkan ke barat melewati 24 kabupaten di lima provinsi hingga sampai di Kota Serang, Banten.
BACA JUGA: BNPB Perkirakan Kemarau Ekstrem Terjadi di Sebagian Jawa Timur
"Ada empat segmen, Jatim, Jateng, Jabar, dan Banten. Satu segmen melibatkan 200 anggota, 80 orang dari pusat dan 120 dari daerah," kata Lilik.
Pentahelix dari unsur pemerintah, dunia usaha, pakar, media, dan akademisi itu akan tinggal di desa berbaur dengan masyarakat. Mereka mengintervensi desa agar tangguh bencana sesuai standar yang bekerjasama dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Dalam pelepasan ekspedisi di Pelabuhan Boom Banyuwangi itu dibacakan juga ikrar masyarakat Jawa Timur bela alam, dengan jargon kita jaga alam, alam jaga kita. Pihaknya berharap Destana Tsunami juga dicontoh daerah lain dengan potensi bencana yang lain pula, seperti hidrometeorologi, vulkanologi, likuifaksi, dan geologi.
BACA JUGA: Petabencana.id Milik BNPB Diganjar Penghargaan dari PBB
Kepala BNPB Letjen Doni Monardo mengatakan pihaknya meyakini bencana yang sudah terjadi akan terjadi lagi dalam periode tertentu. Baik tsunami di Aceh 2004, Pangandaran 2006 dan Banyuwangi pada 1994 bisa terulang lagi pada waktu yang belum diketahui.
"Tsunami di Aceh diperkirakan telah terjadi 4 kali, bisa dalam periode ratusan atau ribuan tahun," kata Doni.
Maka dikatakannya ketangguhan desa sangat penting untuk didorong dalam menghadapi bencana. Di antaranya kesiap siagaan saat bencana itu datang dengan strategi yang ditata matang dan cermat.
Dia mengungkapkan bencana di Indonesia telah menelan banyak korban meninggal. Misalnya tahun 1994 terdapat 1.388 orang meninggal dunia, di tahun 2004 meningkat menjadi 166.388 orang, tahun 2006 sekitar 7.396 orang, dan di 2018 korban meninggal mencapai 3.874 orang.
BACA JUGA: Mengenang Tsunami Pancer Banyuwangi 25 Tahun Silam
Jumlah itu belum termasuk yang mengalami luka dan terdampak hingga harus mengungsi. Bencana penyumbang jumlah kematian korban di antaranya tsunami dan gempa bumi.
"Bagaimana siapkan desa selatan Jawa jadi desa tangguh bencana. Karena ribuan atau ratusan tahun lalu juga terjadi tsunami dengan jumlah korban yang sangat banyak," katanya.
Potensi tsunami tidak hanya di pantai selatan Jawa, namun juga di pesisir barat Sumatera. Tetapi dalam perencanaan Ekspedisi Destana Tsunami kali ini, berbagai halnya hanya cukup untuk pesisir selatan Jawa.