Kamis, 13 February 2020 23:00 UTC
STARTUP: (Dua kiri-kanan) R. Muhammad Suherman, Moch. Siswan Afandi dan Alrikko Putra saat mengisi Seminar Nasional bertajuk “Revolusi Bisnis Startup Syariah dan Industri Halal di Era 4.0”, di Auditorium Hall A Kampus 1 STIE Perbanas. Foto: Restu
JATIMNET.COM, Surabaya - Program Studi (Prodi) Sarjana Ekonomi Syariah - Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Surabaya menggandeng Himpunan Mahasiswa Sarjana Ekonomi Syariah (Hima Eksyar), menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Revolusi Bisnis Startup Syariah dan Industri Halal di Era 4.0”, Kamis 13 Februari 2020.
Bertempat di Auditorium Hall A Kampus 1 STIE Perbanas, acara ini diikuti ratusan peserta dari berbagai kalangan, seperti dosen, guru ekonomi, mahasiswa, siswa, hingga masyarakat umum.
Ketua Pelaksana, Kemal Imaduddin mengatakan seminar nasional ini merupakan rangkaian event Sharia Economy Festival 2020. "Alasan tema ini diangkat sebagai langkah konkrit menyikapi potensi perkembangan ekonomi syariah di Indonesia,” ujar Kemal.
Dalam acara ini, turut serta mengundang narasumber yang berkiprah di bisnis ekonomi digital khususnya di bidang syariah, seperti R. Muhammad Suherman selaku Ketua Chef Halal Indonesia (Tim Kurator UMKM Halal Bank Indonesia & Konsultan Halal).
BACA JUGA: Emil akan Monitoring Pertumbuhan 1.000 Startup Melalui Gernas
"Narasumber ini didatangkan, lantaran ekonomi digital sangat berpengaruh besar dalam industri halal Indonesia, seperti sektor agrikultur, media dan rekreasi, farmasi dan kosmetik, pariwisata halal, dan keuangan Islam," terangnya.
Senada dengan Kemal, R. Muhammad Suherman pun menyebut jika industri halal itu sebenarnya cakupannya luas. "Halal itu sebenarnya tidak hanya makanan, minuman, fashion dan lain lain ya, sebenernya juga menyangkut seluruh aspek penunjang gaya hidup," kata Suherman usai mengisi seminar nasional.
Suherman mendeskripsikan maksud dari penunjang gaya hidup itu sangat luas, bisa pendidikan, rumah sakit dan lain-lain sebagainya. "Cuma dalam konteksnya sekarang adalah yang menunjang gaya hidup tersebut. Artinya, sekarang rumah sakit syariah juga sudah berdiri, industri halal serta pariwisata halal juga sudah berkembang walaupun memang ada beberapa plus minus dan kekurangannya," pungkasnya.
BACA JUGA: Emil Dorong Milenial Perbanyak Startup untuk Kembangkan SDM Jatim
Sementara untuk potensi bisnis halal di Indonesia di 2020 ini, menurut Suherman peluangnya sangat luar biasa. Terlebih, ketika regulasi mandatori dari pemerintah diberlakukan, maka sudah bisa dibayangkan peluang bisnis untuk industri halal ini akan terbuka lebar karena sifatnya mandatori tadi.
"Artinya, instrumennya itu sekarang sudah di support sama pemerintah. Nah yang paling terlihat sangat jelas itu melalui pemberlakuan regulasi support pemerintah akan halal, artinya dengan diberlakukannya UU JPH nomor 33 dimana itu merupakan instrumen paling vital, yang artinya keberpihakan pemerintah atau support pemerintah terhadap industri halal ini sudah sangat luar biasa."
Adapun selain Suherman, turut hadir pula CEO Zeniora, Moch. Siswan Afandi yang berfokus pada industri Startup di bidang pendidikan bernama Zeniora Edukasi Teknologi, dan juga Analis Divisi Pengembangan Ekonomi BI Jatim, Alrikko Putra.
