Minggu, 13 October 2019 15:37 UTC
SLAYER BIRU. Penggalang Pramuka penyandang disabilitas mengikuti perkemahan Jambore Daerah Gerakan Pramuka Jatim, di Hutan Pinus Songgon, Banyuwangi, Minggu 13 Oktober 2019. Foto : Ahmad Suudi.
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Sebanyak 152 difabel ikut berkemah dalam Jambore Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur, yang berlokasi di bumi perkemahan Hutan Pinus Songgon, Banyuwangi. Mereka tinggal bersama pelajar lainnya dalam tenda-tenda dan aktif di sebagian aktivitas perkemahan.
Kepada Jatimnet.com, pendamping penggalang difabel Ahmad Novian (21) mengatakan tidak ada kesulitan selama mendampingi pelajar difabel. Dia mengatakan pada dasarnya mereka sudah cukup mandiri, hanya saja kerap butuh bantuan komunikasi.
“Sekarang semuanya campur. Kawan-kawannya kan umum, jadi masih awam dengan bahasa isyarat,” kata Novian, Minggu 13 Oktober 2019.
Dia menjelaskan peserta difabel menggunakan kain slayer berwarna biru di leher, dan dibagi dalam dua kelompok, B dan C. Penyandang tunawicara dan tunarungu masuk kelompok B, sedangkan tunagrahita di kelompok C.
BACA JUGA: Memahat Barong dengan Satu Tangan, Bilal Setara dengan yang Normal
Pada umumnya, masing-masing kontingen menyertakan empat difabel bersama dua orang pendamping. Kemampuan pendamping dipilih menyesuaikan kebutuhan anak-anak yang dibantunya.
Novian yang merupakan guru di SMPLB BCD YPAC Jember mendampingi empat putra-putri tunarungu dan wicara dari Kontingen Jember. Dipaparkannya dalam perkemahan selama seminggu, 12-18 Oktober 2019 itu, peserta difabel mengikuti kegiatan umum maupun khusus.
“Kegiatannya menyesuaikan bakat anak-anak, yang berbeda-beda. Ada yang di olahraga, ada yang di seni dan bidang lain,” kata Novian lagi.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Perkemahan Dwiyanto menyatakan peserta berjumlah 1.520 orang penggalang dari kontingen masing-masing kabupaten kota di Jatim. Pihaknya menyertakan penggalang difabel untuk memotivasi agar lebih berani masuk ke komunitas umum.
BACA JUGA: Kisah Wahyu, Raih Gelar Sarjana Komputer Tanpa Kedua Tangan
“Bahwa mereka bisa mendapatkan tempat yang sama, tidak minder. Bahkan mereka sekarang sudah melewati batas kabupaten,” kata dia.
Dwiyanto mengatakan beberapa materi akan diajarkan seperti keterampilan kepramukaan, teknologi, kiat bencana, berwirausaha, dan berkebutuhan khusus. Penggalang difabel mengikuti sebagian kegiatan umum dan memiliki kegiatan khusus.
Selain kegiatan khusus versi difabel, penggalang-penggalang ini dipandu pembina yang sesuai dengan kapasitas. Dia mengaku panitia juga telah menyiapkan sarana dan prasarana, seperti toilet yang ramah untuk peserta penyandang difabel.
“Tidak ada pembedaan, mereka membaur saat kegiatan kreativitas sesuai kemampuannya,” Dwiyanto memungkasi.