Selasa, 06 August 2019 06:03 UTC
Ilustrasi. Foto: Unsplash
JATIMNET.COM, Surabaya – Burundi jadi negara yang paling terancam bencana kelaparan akibat perubahan iklim. Disusul Republik Congo, Madagaskar, Yaman, Sierra Leon, Chad, Malawi, Haiti, Nigeria dan Zambia.
Hal ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan lembaga kemanusiaan Chrsitian Aid, yang menunjukkan jika perubahan iklim berdampak pada sistem makanan dari negara yang paling sedikit menyumbang emisi karbon yang berperan memanaskan temperatur.
Penelitian mereka menulis jika 10 negara teratas yang terancam kelaparan itu, per orangnya menghasilkan kurang dari setengah ton CO2, atau sekitar 0,08 persen dari emisi global.
Burundi misalnya, emisi tahunan dari 200 orang di negara itu setara dengan produksi CO2 dari satu orang warga Inggris selama setahun.
BACA JUGA: Kementerian ESDM Gandeng Inggris Kembangkan Energi Rendah Karbon
Orang Burundi menghasilkan 0.027 ton CO2 per orang per tahun.
Seseorang yang hidup di Arab Saudi menghasilkan setara dengan 718 orang di Burundi. Sedangkan perbandingkan dengan Amerika Serikat mencapai 1 banding 581 orang Burundi, dan 1 banding 454 untuk kondisi di Rusia
“Penelitian kami menunjukkan jika meningkatnya CO2 di atmosfer mengurangi kualitas nutrisi dari makanan yang kami makan dan bahwa mereka yang paling terdampak kondisi ini adalah yang paling sedikit bertanggung jawab terhadap CO2 global,” kata Dr Samuel Myers, peneliti utama di Universitas Harvard di departemen kesehatan lingkungan, dikutip dari Bbc.com, Selasa 6 Agustus 2019.
“Dari sini, dan penelitian lain, apa yang tampak jelas adalah bahwa perubahan iklim bukan saja krisis kesehatan global, tapi juga krisis moral,” katanya.
BACA JUGA: Hari Bumi, Film Dokumenter Petani Merbabu Diputar di London
Peneliti lain mengatakan jika laporan atas kelangkaan makanan adalah peringatan bagi kelompok kaya dan yang miskin. Bahwa perubahan iklim memiliki dampak atas kemampuan manusia memberi makan pada planet.
“Ini adalah sinyal bahaya yang telah kami abaikan, bagi pertanian ini adalah hal yang paling mengancam sektor perekonomian dan juga juga hal penting bagi fungsi kesehatan dalam masyarakat dan komunitas kami,” kata Dr Doreen Stabinsk, Profesor dari Politik lingkungan global di Sekolah Atlantik di Maine, Amerika Serikat, yang tak terlibat dalam penelitian.
“Baik penelitian Christian Aid dan laporan IPCC pada perubahan iklim yang akan datang, telah menunjukkan betapa seriusnya ancaman ini, dan bagaimana mendesaknya tindakan yang harus dilakukan,” katanya.