Logo

Waspada La Nina, Supermoon hingga Air Rob di Pertengahan Juni 2022

Reporter:,Editor:

Senin, 13 June 2022 09:00 UTC

Waspada La Nina, <em>Supermoon</em> hingga Air Rob di Pertengahan Juni 2022

BANJIR ROB. Banjir rob yang terjadi pada Juli 2021 di pesisir kota Banyuwangi. Foto: Ahmad Suudi

JATIMNET.COM, Surabaya - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi potensi terjadinya banjir rob atau air laut pasang pada pertengahan bulan Juni 2022. Bahkan banjir rob itu telah terjadi mulai hari ini sekitar pukul 09.00 hingga 11.00 WIB.

Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak Surabaya Fajar Setiawan memprediksi banjir rob ini masih akan terjadi hingga tanggal 17 Juni 2022. Tidak hanya melanda Kota Surabaya, tapi juga sebagian besar wilayah pesisir Jawa Timur dilanda banjir rob ini.

"Puncaknya banjir rob terjadi pada tanggal 15 Juni mendatang. Dimana ketinggian banjir rob berada pada level 160 dari rata-rata muka laut. Nah, kondisi ini akan menyebabkan terjadinya genangan di wilayah pesisir mencapai 30 hingga 40 cm," kata Fajar Setiawan, Senin 13 Juni 2022.

Menurutnya, banjir rob itu juga menyebabkan aliran sungai ke laut menjadi terhambat. Terlebih lagi kondisi ini bisa diperparah dengan adanya fenomena La Nina. Apalagi meski sekarang sudah memasuki musim kemarau, namun potensi hujan itu terbilang masih lebih tinggi.

"Nah, jika ketiganya terjadi secara bersamaan, ada hujan, terus terjadi pasang, maka otomatis air di sungai akan lebih sulit lagi untuk mengalir ke laut," ia menjelaskan.

Ia menerangkan bahwa akhir-akhir ini kondisi air laut juga masih hangat. Oleh sebabnya, hujan akan sering terjadi meskipun intensitasnya ringan hingga sedang jika di daratan. Sedangkan kondisi di laut, intensitas hujan bisa mencapai kategori sedang hingga lebat.

BACA JUGA: Diterjang Banjir Rob, Usaha Pengeringan Ikan Asin di Probolinggo Merugi

"Karena memang saat ini La Nina, jadi kita prediksi hingga akhir tahun mendatang meskipun musim kemarau itu masih akan sering terjadi hujan. Sebagian besar masyarakat itu menyebutnya kemarau basah," ia mengungkapkan.

La Nina sebenarnya adalah fenomena global yang tidak hanya melanda di wilayah Jawa Timur. Namun La Nina lebih intens melanda wilayah Indonesia terutama bagian Tengah dan Timur.

"Jadi mulai akhir-akhir ini dan kita prediksi untuk suhu muka laut yang menghangat itu hingga akhir tahun. Jadi, sampai akhir tahun nanti Insya Allah curah hujannya masih akan sering terjadi," ia menuturkan.

Pihaknya pun mengimbau kepada masyarakat terutama yang tinggal di pesisir agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya saat ini suplai uap air di wilayah Indonesia masih banyak sehingga hujan bakal sering terjadi. Juga karena menguapnya Angin Timuran yang dapat menyebabkan angin kencang dan gelombang pasang mengalami peningkatan.

"Ketiga itu karena adanya fenomena supermoon atau perigee, yang mana bulan berada pada posisi dekat dengan bumi. Ini akan menyebabkan banjir pasang yang akan lebih intensif terjadi. Prediksi kami terjadi mulai dari pertengahan sampai akhir Juni, juga akan terjadi pada pertengahan Juli," ia menguraikan.

Dari ketiga faktor ini, Fajar kembali berpesan kepada masyarakat agar senantiasa update informasi cuaca. Utamanya terhadap adanya potensi-potensi bahaya yang timbul. Nah, apabila menemukan kondisi bahaya atau peringatan bahaya dari BMKG, pihaknya berharap masyarakat tidak memaksakan diri beraktivitas.

"Prediksi kami puncak supermoon itu terjadi besok sekitar pukul 18.00 WIB, yakni bulan purnama yang jaraknya dekat dengan bumi. Untuk fenomenanya terjadinya besok, tapi kalau dampaknya bisa dirasakan mulai saat ini sampai tanggal 17 Juni. Dampak yang paling utama adalah air pasang," ia mengingatkan.

Sementara Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Juanda Sidoarjo Teguh Tri Susanto menyatakan hal yang sama. Menurutnya saat ini memang tengah ada fenomena global La Nina yang masih berlanjut. Juga fenomena suhu muka laut yang lebih hangat di sekitar wilayah Jawa Timur.

"Kalau pertanyaan apakah ini kemarau basah, mungkin masyarakat dibebaskan saja dalam memberikan sebutan, yang penting sadar bahwa ada potensi hujan sepanjang tahun ini," kata Teguh.

Pihaknya pun kembali menegaskan bahwa BMKG memprediksi potensi hujan akan tetap ada sepanjang tahun 2022. Namun kondisi kemarau basah karena anomali iklim ini tidak bisa dijadikan patokan akan terjadi selamanya.

"Ini sebagai gambaran umum, untuk penguatannya bisa tetap memantau perkembangan cuaca dalam skala meteorologi (1 harian, 3 harian, 7 harian) di kanal-kanal resmi atau kontak BMKG," ia menerangkan.

BACA JUGA: Ratusan Rumah di Pesisir Kota Banyuwangi Dilanda Banjir Rob

Di lain pihak, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya Lilik Arijanto memastikan bahwa pihaknya telah menyiapkan kekuatan penuh untuk mengatasi genangan dampak dari air rob. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui normalisasi dan pembersihan saluran-saluran primer.

"Yang pasti kami pertama normalisasi saluran berupa pengerukan dan pembersihan saluran-saluran primer. Serta melakukan optimalisasi pompa-pompa kita yang ada di muara-muara laut," kata Lilik.

Saluran yang berada di muara laut menjadi prioritas. Itu lantaran posisi rumah pompa harus ditutup  karena air laut pasang.

"Makanya kita optimalkan pengerukan di avour Wonorejo. Serta di lokasi saluran pompa Wonorejo 1 dan 2," ia menjelaskan.

Menurutnya, yang jelas posisi genangan air itu terjadi pada casement saluran Kebon Agung dan avour Wonorejo namun tidak keseluruhan. Artinya genangan hanya terjadi di bagian tengah dan hilir.

"Pompa Kebon Agung sudah optimal. Cuma Wisma Penjaringan kena pasang air laut jadi mungkin ada genangan di daerah situ," ia menuturkan.

Sekarang ini pihaknya intens melakukan penelusuran di avour Wonorejo untuk meninjau kondisi geometri saluran. Termasuk pula intens melakukan normalisasi dan pembersihan saluran untuk menanggulangi genangan.

"Kita sekarang menelusuri avour Wonorejo, mulai Kalirungkut sampai air laut kita lihat geometri salurannya ada pendangkalan. Jadi, konsentrasi sekarang normalisasi," ia menekankan.