Logo

Warga Palestina Belajar Budidaya Ikan di UMM Malang

Reporter:

Senin, 25 February 2019 13:06 UTC

Warga Palestina Belajar Budidaya Ikan di UMM Malang

Palesyina. Foto: Parstoday

JATIMNET.COM, Surabaya – Sejumlah warga Palestina berkunjung ke Universitas Muhammadiyah Malang pekan lalu. Mereka mempelajari beragam temuan budidaya pertanian, peternakan dan perairan milik dosen UMM.

"Kehadiran mereka ini dalam rangka menindaklanjuti kerja sama antara Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) UMM dengan Department of Aquaculture, Palestinian Ministry of Agriculture," kata Dosen Program Studi (Prodi) Prikanan UMM Dony Prasetyo di Malang, Jawa Timur Senin 25 Februari 2019.

Warga Palestina tertarik untuk belajar budidaya, khususnya perairan, karena pengelolaan dan budidaya sejumlah produk yang dikembangkan UMM masuk standar Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan telah tersertifikasi.

BACA JUGA: Palestina Alami Krisis Pangan

Selain ke tempat pembudidayaan ikan, mereka juga diajak melihat produksi jamur, hasil pertanian dan pembuatan roti yang terpusat di satu lokasi. 

Prodi Perikanan juga memperkenalkan program unggulannya, yakni Aquaponik atau sistem Bio Natural (Biona). Sistem ini tidak menghasilkan limbah dalam kolam ikan selama 3-6 bulan.

"Penerapan sistem seperti ini bisa menjadi lebih efisien untuk diterapkan di wilayah Timur Tengah seperti Palestina. Sistem ini yang membuat mereka belajar ke UMM karena lebih hemat lahan serta air," ujarnya.

BACA JUGA: Krisis Kemanusiaan Masih Membelenggu Palestina

Lebih lanjut, Dony mengatakan Aquaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengombinasikan aquakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. 

Dalam aquakultur yang normal, ekskresi atau proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas (kadar racun) air jika tidak dibuang.

Selain itu, salah satu hasil riset terkini UMM yang diperkenalkan dan menjadi solusi bagi masyarakat urban di Palestina adalah konsep one house one pond (satu rumah satu kolam) yang digagas dosen Prodi Perikanan FPP UMM, Riza Rahman Hakim.

BACA JUGA: Dekan UMM Sebut Tahun 2035 Dunia Krisis Pangan

Dalam konsep tersebut, Riza memiliki strategi memanfaatkan lahan sempit di perkotaan atau urban untuk berternak ikan dengan hasil maksimal dan efisien.

Riza menggabungkan antara budidaya ikan lele di kolam terpal dengan budi daya sayuran melalui sistem aquaponik.

Ada dua sistem yang dikembangkan Riza, yaitu sistem budidaya lele biona berbasis bio-natural serta budidaya lele bionik yang merupakan kombinasi antara bio-natural dan aquaponik. Dengan konsep ini, penggantian air hanya 30 persen dan hanya seminggu sekali.

BACA JUGA: UMM Borong Gelar Kompetisi Jembatan dan Bangunan Gedung

Secara umum, one house one pond menjadikan kotoran lele sebagai pupuk tanaman di atas kolam yang terus berulang. Selain hemat dalam memberi makan lele, konsep ini juga meminimalisasi pemakaian air.

"Dalam konsep ini, penggunaan air sangat sedikit. Sementara pada budidaya lele tradisional, sekitar 50 persen air diganti dan dilakukan hampir setiap hari. Airnya juga berbau tak nyaman," tuturnya. (Ant)