Logo

Warga Keluhkan Beras Bantuan Pemerintah Berwarna Kuning dan Berbau Apek  

Reporter:,Editor:

Sabtu, 22 February 2020 06:30 UTC

Warga Keluhkan Beras Bantuan Pemerintah Berwarna Kuning dan Berbau <em>Apek</em>
 

BERAS APEK. Warga Kabupaten Mojokerto peserta PKH menunjukkan beras Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dari pemerintah yang kualitasnya buruk dan berbau apek, Jum'at, 21 Februari 2020. Foto: Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Sejumlah warga penerima Program Keluarga Harapan (PKH) mengeluhkan kualitas beras Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) tahun 2020 yang dibagikan Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto di Dusun Klanting, Desa Pulerejo, Kecamatan Dawarblandong, Jum’at, 21 Februari 2020.

Salah satu warga penerima BPNT, Ernawati, mengaku telah menerima 12 kilogam beras untuk satu keluarganya. Ia sudah dua kali ini menerima beras BPNT tahun ini namun kualitas beras yang diterima kedua kalinya ini lebih buruk dibanding yang diterima pertama, 25 Januari 2020.

"Yang sekarang warnanya kuning, ada coklat-coklatnya, aromanya agak penguk (apek) gitu. Kalau bulan Januari kemarin dapat 12 kilogram juga tapi berasnya bersih, bagus, putih, dimasak juga punel," katanya.

BACA JUGA: Bulog Penuhi Kebutuhan Beras di Daerah Terdampak Banjir Jatim

Menurutnya, sejak tahun 2019 hingga tahun 2020 ini dirinya sudah sering menerima bantuan beras. Namun baru kali ini kualiatas berasnya menurun

Ia juga mengatakan sebenarnya pada pembagian beras BPNT bulan Januari 2020 lalu, ada beberapa tetangganya yang menerima beras berkualitas buruk. Namun warga tidak berani bersuara atau melaporkannya ke pihak terkait.

"Sebenarnya di pembagian bulan Januari kemarin ada yang dapat bagus, ada yang kurang bagus. Malah ada yang masih kecampuran (kulit) padinya, cuman banyak yang enggak mau ngomong," ujarnya. 

Menurutnya, harga beras yang diterimanya saat ini jika di pasar seharga Rp8.500 per kilogram. Ia berharap pemerintah bisa mempertahankan kualitas beras BPNT yang baik dan layak konsumsi.

BACA JUGA: Beras Bantuan Warga Kurang Mampu di Blitar Diduga Diperjualbelikan

"Kita orang mintanya yang agak bagus lah, ya kayak sebelumnya. Cuman memang belum dicoba masak yang baru ini," katanya.

Hal yang sama dikeluhkan seorang nenek. Kemi, 60 tahun. Ia mengatakan kualitas beras BPNT yang diterimanya saat ini lebih buruk dibanding sebelumnya.

Selain warnanya kusam, juga ada butiran-butiran gabah tercampur dalam beras. Sehingga sebelum dimasak harus dipilah-pilah.  

Meski beras yang diterima berkualitas buruk, Kemi tetap menerima dan akan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari. "Semoga bulan depan berasnya bagus dan layak dikonsumsi seperti sebelumnya," katanya.