Kamis, 30 January 2020 04:30 UTC
AIRLANGGA: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, saat mengisi kuliah umum di FEB Unair Surabaya Kampus B, Rabu 29 Januari 2020. Foto: Restu.
JATIMNET, COM, Surabaya - Arah perkembangan perekonomian global di Indonesia masih dibayangi ketidakpastian dan mengalami tren perlambatan. Bahkan, termasuk Cina pertumuhan ekonominya juga melambat. Terlebih dengan adanya virus corona.
"Kita bisa lihat Cina pun melambat apalagi dengan adanya penyakit outbreak corona virus, yang ini mungkin scream lanjutan daripada SARS virus yg kemarin," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, saat mengisi kuliah umum di FEB Unair Surabaya Kampus B, Rabu 29 Januari 2020.
Menurut Airlangga, virus corona menjadi tekanan yang berdampak, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di Cina, terutama wilayah Wuhan itu turun. Apalagi di Wuhan itu basisnya perdagangan industri otomatif, kemudian masalah tourism.
"Selain masalah tourism, Provinsi Wuhan itu juga tempat memproduksi spare part. Hal inilah yang mungkin bisa mengganggu global value chain (rantai nilai global). Jadi, dengan adanya outbreak corona virus, suplai spare part yang kemarin menonjolkan Wuhan itu terganggu," ujar Airlangga.
BACA JUGA: Mahasiswa di Cina Lebih Butuh Logistik Dibanding Uang, Ini Curahan Keluarga
Dia juga menjelaskan, selain berdampak pada perekonomian Cina, rupanya ekonomi global khususnya negara-negara multilateral Cina juga menjadi tidak pasti akibat virus corona tersebut. Tentu hal ini menjadi tantangan bahwa pertumbuhan di negara-negara Eropa dan lainnya juga sedang turun, sehingga ini semakin menambah ketidakpastian.
"Tetapi memang dunia sedang tidak bisa tenang karna masalah outbreak corona virus ini mendadak muncul, jadi challenge-nya memang luar biasa."
Namun demikian, bagi Indonesia, suasana ini memang sangat mendukung karena negara yang paling stabil adalah di regional ASEAN, dan ASEAN ini 50 persennya adalah Indonesia.
"Mengapa ASEAN itu menjadi stabil ? Karena Indonesia itu terlalu baik. Indonesia tidak pernah bermasalah, dan demokrasi di Indonesia berjalan dengan sangat baik, dengan demikian menjaga stabilitas di kawasan. Oleh karena itu, multilateralism ini yang paling bertahan dan didorong adalah di kawasan ASEAN," terang Airlangga.
BACA JUGA: Ini Cerita di Balik Mahasiswa Probolinggo Sepulang Dari Cina Mengenai Virus Corona
Nah meski Indonesia terbilang stabil, namun Airlangga tetap berharap dan menunggu agar situasi ini (outbreak corona virus) tidak terlalu lama memperlambat perekonomian global. Disamping itu, Indonesia juga tetap mengantisipasi dampak dari adanya outbreak corona virus. Baik apakah itu ada yang terkena virus tersebut maupun terhadap perekonomian Indonesia.
"Selain ekonomi tergantung ketidakpastian, ekonomi kan juga tergantung supply chain dan kita lihat seberapa jauh dampak itu bisa mempengaruhi ekonomi indonesia," ujarnya saat ditemui usai mengisi kuliah umum.
Sementara, meski global value chain yang kemungkinan bisa terganggu akibat adanya virus corona ini, namun saat ditanya terkait adakah rencana dari pemerintah Indonesia untuk penghentian impor dari negara Cina, Airlangga mengaku bahwa terlebih dahulu pihaknya akan melihat perkembangan kedepannya, lantaran tahap ini masih terlalu dini untuk dilakukan.
Airlangga juga mengungkapkan, belum lama ini terdapat acara ang digelar oleh International Monetary Fund (IMF) World Economy Forum bertajuk Informal Gathering of World Economy Leaders. Bahwa berbagai negara seperti Uni Eropa, Amerika dan beberapa negara lain ekonominya tumbuh 2,9 persen, berada di bawah rata-rata ekonomi dunia yaitu tiga persen.
"Saya hadir bersama menteri-menteri dari berbagai negara lain termasuk Amerika, Jepang, Afrika, Eropa dan Brasil. Dalam forum tersebut memang diketahui pertumbuhan rata-rata ekonomi mereka di bawah 2,9 persen," katanya.