Selasa, 14 January 2020 08:45 UTC
KERATON SEJAGAT: Viral Keraton Sejagat di Purworejo, Gubernur Jateng Angkat Bicara. Foto: Grup Facebook Cah Purworejo Perantauan
JATIMNET.COM, Surabaya - Warganet beberapa hari terakhir dihebohkan dengan foto dan video kirab Keraton Sejagat, Purworejo, Jawa Tengah. Foto dan video yang tersebar di Facebook menjadi viral tersebut memperlihatkan beberapa pria dan wanita berbaju ala keraton saat mengikuti kirab atau ritual wilujengan.
Video tersebut diunggah oleh Aditya Hendar ke grup Facebook “Cah Purworejo Perantauan” pada Senin 13 Januari 2020. Tampak sejumlah pria berpakaian seperti prajurit keraton warna hitam, mereka terlihat menabuh drum dan meniup seruling.
Tiga orang pria yang berada di depan membawa panji-panji dan bendera. Mereka yang bersegaram warna hitam juga memakai atribut mirip topi polisi. Lencana bintang juga terlihat melekat di bahu mereka.
PANJI: Seperti prajurit, tiga orang membawa panji-panji dan bendera. Foto: Grup Facebook Cah Purworejo Perantauan
Barisan di belakangnya terlihat beberapa pria memakai seragam yang dominan warna merah muda dengan membawa tombak. Barisan orang yang membawa tombak diikuti para wanita yang menari.
Sementara Totok Santosa Hadiningrat alias Sinuhun yang mengklaim dirinya sebagai pemimpin Kerajaan Agung Sejagat terlihat menunggang kuda. Ia memakai baju warna merah dengan banyak lencana menempel.
BACA JUGA: Viral, Pegawai Restoran Pasang Kamera di Toilet Wanita
Terlihat juga payung tradisional Jawa di antara foto-foto kirab yang viral di media sosial. Sebelum kirab, mereka juga telah melaksanakan upacara terlebih dahulu.
Mengenai hal tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo turut angkat bicara. Dia minta dinas terkait termasuk Pemerintah Kabupaten Purworejo untuk menjalin komunikasi dengan pimpinan keraton.
VIRAL: Keraton Sejagat di Purworejo menjadi viral di sosmed. Foto: Grup Facebook Cah Purworejo Perantauan
"Sebaiknya kalau ada bicara dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan agar kemudian bisa diketahui. Syukur-syukur perguruan tinggi yang bisa mendampingi, sehingga seluruh dokumen, riset kalau ada, baik juga untuk didiskusikan agar itu (keraton) akan bisa teruji secara ilmu pengetahuan," kata Ganjar, Senin 13 Januari 2020.
Orang nomor satu di Jawa Tengah ini mengimbau Pemkab Purworejo segera melakukan pendekatan ke pihak keraton agar tidak menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Terlebih keraton yang dipimpin oleh raja bergelar Rangkai Mataram Agung juga telah memiliki ratusan pengikut.
BACA JUGA: Viral Video Tak Sopan Pelajar SMP
"Pemerintah Purworejo yang memayungi langsung masyarakat, banyak komunitas untuk bisa mendapatkan ruang diskusi sehingga bisa memberikan suatu perlindungan, menjawab pertanyaan, mengklarifikasi, sehingga sesuatu itu bisa menjadi lebih jelas," tandas dia.
Diketahui Keraton Agung Sejagat ini berada di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Purworejo. Keraton Agung Sejagat, dipimpin oleh seseorang yang dipanggil Sinuwun bernama asli Totok Santosa Hadiningrat dan istrinya dipanggil Kanjeng Ratu memiliki nama Dyah Gitarja.
Berdasarkan informasi, pengikut dari Keraton Agung Sejagat ini mencapai sekitar 450 orang. Penasihat Keraton Agung Sejagat mengatakan Keraton Agung Sejagat merupakan kerajaan atau kekaisaran dunia yang muncul karena telah berakhir perjanjian 500 tahun silam.
VIRAL: Keraton Sejagat di Purworejo menjadi viral di sosmed. Foto: Grup Facebook Cah Purworejo Perantauan
Itu terhitung sejak hilangnya Kemaharajaan Nusantara, yaitu imperium Majapahit pada 1518 sampai dengan 2018. Keraton Agung Sejagat mengklaim bahwa perjanjian 500 tahun tersebut dilakukan Dyah Ranawijaya sebagai penguasa Majapahit dengan Portugis sebagai wakil orang barat atau bekas koloni Kekaisaran Romawi di Malaka tahun 1518.
Dengan berakhirnya perjanjian tersebut, maka berakhir pula dominasi kekuasaan barat (didominasi Amerika Serikat) yang mengontrol dunia setelah Perang Dunia II dan kekuasaan tertinggi harus dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Keraton Agung Sejagat sebagai penerus Medang Majapahit yang merupakan Dinasti Sanjaya dan Syailendra.
