Logo

Upacara Kesaktian Pancasila, Bupati Tegaskan Madiun Bukan Basis PKI

Reporter:,Editor:

Selasa, 01 October 2019 09:43 UTC

Upacara Kesaktian Pancasila, Bupati Tegaskan Madiun Bukan Basis PKI

BERSEJARAH. Bupati Madiun Ahmad Dawami Ragil Saputro berpose bersama jajaran Forkopimda dengan latar belakang patung keganasan PKI di Monumen Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Selasa 1 Oktober 2019. Foto: Nd.Nugroho.

JATIMNET.COM, Madiun – Pemerintah Kabupaten Madiun terus berusaha menghapus stigma sebagai basis Partai Komunis Indonesia (PKI). Salah satu cara yang dilakukan dengan menggelar Upacara Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Kresek, Kecamatan Wungu, Selasa 1 Oktober 2019.

Di kawasan destinasi wisata sejarah itu terdapat sejumah patung yang menggambarkan keganasan PKI yang memberontak pada tahun 1948. Adapun keganasan yang dilakukan seperti pembantaian para ulama, polisi, dan warga oleh PKI beserta partai kiri lain yang tergabung dalam Front Demokrasi Rakyat.

Bupati Madiun, Ahmad Dawami Ragil Saputro menegaskan bahwa tokoh seperti Muso, Amir Syarifuddin, Sumarsono, dan Joko Suyono bukan orang asli Madiun.

“Di Madiun tidak pernah ada embrio PKI, tapi menjadikan kota ini sebagai pusat aksi. Dan wilayah di sekitar Madiun dijadikan kacau,” kata Kaji Mbing, sapaan akrab Ahmad Dawami Ragil Saputro usai upacara.

BACA JUGA: Isu PKI untuk Ubah Ideologi Indonesia

Menurutnya, kekacauan yang terjadi di Madiun berlangsung selama 13 hari, yakni pada 17-29 September 1948. Kemudian pada 18 September 1948, Muso memproklamasikan Republik Soviet di Madiun.

Setelah itu, sejumlah tempat penting seperti kantor pemerintahan berhasil dikuasai anggota PKI. Namun, pada 30 September 1948 Pasukan Siliwangi bersama rakyat memukul mundur PKI.

Pemberontakan PKI kembali pecah pada 30 September 1965. Sejumlah Jenderal TNI Angkatan Darat menjadi korban pembantaian.  “Kemudian, 1 Oktober disepakati sebagai Hari Kesaktian Pancasila,” kata bupati.

BACA JUGA: Peneriak PKI pada Kiai Minta Maaf ke Pengurus NU Jatim

Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kabupaten Madiun Hery Supramono, mengatakan Monumen Kresek di Kecamatan Wungu dibangun pada 1989.

Monumen ini untuk mengenang tragedi pemberontakan PKI yang terjadi di Madiun. Di tempat yang diresmikan pada 1991 itu sejumlah korban dikubur dalam sebuah sumur.

Saat ini Monumen Kresek difungsikan sebagai destinasi wisata sejarah. Diharapkan para generasi muda memahami tentang peristiwa masa lalu yang berkaitan dengan keganasan PKI ketika memberontak di Madiun.

“Sebagai destinasi wisata sejarah, maka di tempat ini telah disediakan taman dan warung yang menyajikan kuliner,” ujar Hery.