Rabu, 19 May 2021 15:20 UTC
FESTIVAL UMKM. Wakil Wali Kota Surabaya Armuji melihat sejumlah stan di Festival Ramadan UMKM Surabaya 2021 di Lapangan Parkir Maspion Square, Jalan Ahmad Yani, Margorejo, Surabaya, Senin 26 April 2021. Foto: Pemkot Surabaya
JATIMNET.COM, Jakarta – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu kunci pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64 juta atau 99,9 persen dari keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia.
Lebih dari 60 persen Produk Domestik Bruto (PDB) berasal dari UMKM dan lebih dari 90 persen tenaga kerja diserap UMKM. Hal ini membuat geliat UMKM sangat berpengaruh terhadap ekonomi nasional.
Asisten Deputi Pengembangan Kawasan dan Rantai Pasok KemenkopUKM Ari Anindya Hartika menjelaskan ada beberapa program yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan pelaku UMKM di masa pandemi Covid-19.
“Pertama, memberikan kemudahan perizinan usaha. Kedua, pengembangan kemitraan strategis UMKM kepada perusahaan besar. Ketiga, perluasan pasar dan ruang partisipasi UMKM kepada proyek infrastruktur publik,” katanya dalam dialog daring bertema Geliat Digitalisasi UMKM yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu, 19 Mei 2021.
BACA JUGA: Sistem Berbasis Aplikasi untuk UMKM Bantu Pemerataan Penjualan Produk
Pemerintah dalam hal ini Kemenkop UMKM terus fokus membantu UMKM beradaptasi secara digital dalam menghadapi pandemi. “Mendorong sektor informal menjadi formal, mendorong UMKM ke dalam rantai pasok, serta transformasi wirausaha produktif. Saya kira itulah strategi kita untuk mendorong UMKM untuk masuk ke ekosistem digital,” kata Ari.
Pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku konsumen secara radikal. Pola konsumsi barang dan jasa dari luring (offline) ke daring (online) kini meningkat, sehingga memaksa pelaku usaha untuk menyesuaikan dengan kondisi dan bertranformasi secara digital.
Founder Roti Eneng & Sepiring Cerita, Sarah Diana Oktavia, mengakui masa pandemi adalah masa terberat untuk UMKM. “Kita memang dipaksa untuk bertransformasi digital. Sebelum pandemi, pemasukan utama kita bukan digital, namun sebulan setelah pandemi, memang harus memaksa kita untuk digital, sedangkan permintaan masyarakat di digital juga membesar selama pandemi,” ujarnya
BACA JUGA: Festival Ramadan UMKM Surabaya 2021, Bangkitkan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat
Hal yang sama dikatakan Co-Founder & Commisioner Investree, Amiruddin. “Memang kita telah amati ada pergerakan di sektor-sektor tertentu seperti misalnya logistik, kesehatan, atau e-commerce yang memang tumbuh memanfaatkan digitalisasi. Pandemi Covid-19 ini sebuah berkah dalam bencana, karena beberapa sektor bisa tumbuh,” katanya.
Selain digitalisasi, Amiruddin mengingatkan ada hal-hal nondigital yang perlu dimiliki juga oleh pelaku UMKM, seperti kemampuan untuk meningkatkan penjualan, efisiensi operasi, dan akses kepada permodalan.
Sementara itu, menurut Operation & Partnership Management 99% usahaku Telkomsel, Roy Krisdianto, perlu ada pola pikir yang diubah agar pelaku UMKM Indonesia bisa maju dan berkembang.
“Rata-rata rentang usia pengusaha UMKM kita memang di usia yang tidak muda lagi, memang masih banyak yang takut dengan komputer atau bahkan pembayaran digital. Kadang-kadang itu yang menjadi masalah. Jika ingin UMKM kita besar, pemuda kita perlu diedukasi kewirausahaan, sehingga lebih berani untuk berjualan di ekosistem digital,” katanya.