Sabtu, 14 December 2019 23:04 UTC
TUKANG GALI KUBUR. Mujiadi, seorang tukang gali kubur yang sekarang menjadi Kepala Desa Pagerwojo
JATIMNET.COM, Blitar - Maju dalam pemilihan kepala desa (Pilkades) tidak harus bermodalkan uang, ataupun mampu berpolitik dan kemampuan birokrasi untuk mencari empati suara warganya.
Seperti halnya yang dilakukan seorang warga tinggal di Dusun Krajan, Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.
Mujiadi, sosok pekerja sosial yang tidak pernah mengharapkan imbalan materi dari aktivitasnya. Penggali kubur ini sukses menjadi kepala desa terpilih dalam Pilkades serentak September lalu.
Pria 50 tahun itupun resmi dilantik oleh Bupati Blitar Rijanto, bersama dengan 167 kepala desa terpilih lainya, Jumat 13 Desember 2019 kemarin.
BACA JUGA: Anggap Pilkades Tidak Beres, Warga Mojokerto Wadul Bupati
Pantauan Jatimnet.com, Sabtu 14 Desember 2019 di Desa Pagerwojo, Mujiadi tengah dielu elukan warga, pasca dilantik menjadi kades terpilih. Warga terus berdatangan untuk mengucapkan selamat atau sekadar membuktikan bahwa Mujiadi benar benar dilantik.
Dengan mengenakan seragam putih lengkap atribut kepala desa, Mujiadi terlihat berbeda dari biasanya. Bapak dua anak ini biasanya hanya mengenakan kaos atau pakaian apa-adanya, kini dia memakai sepatu putih baru dan pakaian pelantikannya.
Sambil berbincang santai dengan warganya, Mujiadi sesekali berkelakar bahwa setelan pakaian pelantikannya nyaman dipakai. Namun dibalik pencapaian-nya ini ada kisah menarik saat dia terjun ke dunia yang baru baginya ini.
"Saya tidak pernah menyangka, bisa jadi kades terpilih. Saya maju didaftarkan warga dua hari jelang penutupan pilkades," ujar Mujiadi kepada Jatimnet.com di rumahnya Sabtu 14 Desember 2019.
BACA JUGA: Warga Probolinggo Diimbau Tak Buru-buru Yakini Data Pemenang Pilkades di Medsos
Pria berperawakan tinggi besar ini, terlihat tidak merubah kebiasaanya sebagai petani biasa. Kata katanya juga polos, tidak menunjukkan sosok layaknya pemenang sebuah kompetisi.
Keluguannya juga terlihat jelas dari jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan sejumlah wartawan yang menyambanginya. Berulangkali Mujiadi merendah, terus meminta maaf setiap kali berucap.
"Saya gak pernah pake sepatu selepas sekolah STM jurusan bangunan 29 tahun silam. Makanya saya baru bersepatu saat dilantik, banyak Kades terpilih yang meledek saya, cah deingi sore dadi lurah (anak kemarin jadi kades)," ujar Mujiadi sambil tertawa.