Selasa, 02 November 2021 13:00 UTC
OJUNG. Tradisi Ojung di Desa Bugeman, Kec. Kendit, Kab. Situbondo kembali digelar, Selasa, 2 November 2021. Foto: Hozaini
JATIMNET.COM, Situbondo – Pagelaran tradisi Ojung di Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, menjadi daya tarik tersendiri bagi warga setempat maupun warga luar kota. Bahkan sebelum pandemi, tradisi Ojung ini selalu dibanjiri ribuan pengunjung termasuk para pelancong dari luar negeri.
Kali ini, pertunjukan Ojung dibatasi mengingat masih pandemi. Pengunjung yang datang wajib mengenakan masker dan harus mencuci tangan di pintu masuk yang disediakan panitia dan mendapat penjagaan ketat anggota Satgas Covid-19 Desa.
“Tradisi Ojung kami laksanakan setiap tahun setiap hari Selasa di akhir bulan Maulid. Kami melestarikan tradisi Ojung ini sebagai warisan leluhur yang sudah dilakukan secara turun temurun sejak bangsa Indonesia belum merdeka,” kata Kepala Desa Bugeman Udit Sudiasto, Selasa, 2 November 2021.
BACA JUGA: Sambut Musim Hujan, Warga Situbondo Gelar Ritual Ojung
Bagi warga Desa Bugeman, tradisi Ojung merupakan kegiatan paling besar. Selain menjadi kegiatan selamatan desa, sekaligus memperingati bulan kelahiran atau maulud Nabi Muhammad SAW. Ada beberapa rangkaian kegiatan sebelum ditutup dengan pertunjukan Ojung, yaitu pengajian dan ziarah ke makam para leluhur perintis Desa Bugeman.
“Intinya kami ingin berkah dan terhindar dari mara bahaya. Itu sebabnya, kami selalu menggelar kegiatan ini yang ditutup dengan pertunjukan Ojung,” terang Udit.

OJUNG. Tradisi Ojung di Desa Bugeman, Kec. Kendit, Kab. Situbondo kembali digelar, Selasa, 2 November 2021. Foto: Hozaini
Pada zaman dahulu, pertandingan Ojung menjadi ajang pembuktian para pendekar. Konon, di Desa Bugeman banyak sekali pendekar yang memiliki ilmu kebal. Setiap saat, para pendekar itu seringkali terlibat perkelahian.
BACA JUGA: Mengenal Ritual Hodo, Upacara Memanggil Hujan Warga Situbondo
“Nah, para leluhur kami kemudian bertapa meminta petunjuk untuk menyelesaikan bentrokan para pendekar. Kemudian diberi petunjuk melalui kegiatan Ojung. Para pendekar bertarung bebas di atas panggung, namun setelah itu mereka saling bersalaman,” ujarnya.
Menurut Udit, tradisi Ojung Desa Bugeman sudah menasional karena berapa kali ditampilkan di berbagai kegiatan di Jakarta. Saat ini, tradisi Ojung terus dilestarikan sebagai warisan leluhur. Para generasi milennial banyak belajar teknik bermain Ojung, sekaligus menjadikan Ojung sebagai obyek penelitian.
“Bermain Ojung butuh nyali besar dan butuh ketangkasan membaca gerakan lawan. Teknik dasar bermain Ojung yaitu kepiawaian memukul lawan dengan rotan serta ketangkasan menghindar saat lawan menyerang. Saat bertanding kuncinya harus fokus, itu saja sih menurut saya,” tutur Usman, salah seorang pendekar Ojung Desa Bugeman.