Logo

Topi Pintar untuk Tunanetra dari Ponorogo

Reporter:,Editor:

Selasa, 04 December 2018 11:02 UTC

Topi Pintar untuk Tunanetra dari Ponorogo

Karvian Setio Aji (kiri) dan Muhammad Huda (kanan) saat memamerkan topi pintar dan piala. Dua siswa SMA Muhammadiyah Ponorogo itu membuat inovasi topi pintar bagi tunanetra. Foto: Gayuh Satria Wicaksono.

JATIMNET.COM, Ponorogo – Dua siswa Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah Ponorogo, Karvian Setio Aji dan Muhammad Huda, membuat Smart Hat alias topi pintar untuk penyandang tunanetra. Dilengkapi sensor infra merah, topi ini membantu tunanetra mendeteksi benda di sekitarnya.

Gagasan bermula ketika tongkat dianggap hanya cukup membantu tunanetra mengenali objek di sekitar kaki. Sementara untuk benda yang sejajar dengan pundak dan kepala, tongkat tak bisa diandalkan.

Ada tiga sensor di topi ini. Di bagian depan yang mampu mendeteksi objek sejauh 1,5 meter serta di kanan dan kiri topi, yang masing-masing mampu memindai benda sejauh 20 sentimeter dari topi. Meski begitu, jarak jangkau sensor bisa disesuikan sesuai keinginan pengguna.

Sensor itu bekerja dengan cara memberi peringatan bunyi bip pada penggunanya. “Semakin dekat dengan benda, bunyinya semakin cepat,” kata Muhammad Huda ditemui di sekolahnya di Jalan Gondo Suli Ponorogo, Selasa 4 Desember 2018.

BACA JUGA: Agar Penyandang Disabilitas Tak Lagi Terdiskriminasi

Ia menambahkan topi pintar ini juga memiliki keunggulan. Misalnya panel surya lengkap dengan USB (Universal Serial Bus) charging untuk mengisi daya baterai gadget penggunanya. Selain itu, ada lampu led yang berkedip-kedip untuk memperingatkan pengguna jalan lain jika ada penyandang disabilitas berjalan di sekitarnya pada malam.

Pemilik topi juga tak perlu khawatir saat lupa menaruh topi pintarnya. Hanya dengan bersiul, topi itu akan mengabarkan posisinya dengan cara mengaktifkan alarm suara. Sayangnya, sistem sensor hanya mampu menjangkau siulan pada jarak delapan meter.

Seluruh komponen pada topi mengandalkan daya baterai, yang mampu bertahan 1,5 jam jika di dalam ruangan. “Di luar ruangan bisa sampai dua jam lebih karena terbantu dengan panel surya,” kata siswa kelas XI itu.

Desain: Gilas Audi.

Huda, begitu bocah itu disapa, mengatakan ia dan Setio Aji membuat topi ini selama 1,5 bulan dengan biaya Rp 750 ribu. Setelah beberapa kali uji coba, pada 25 November lalu, karya mereka berhasil meraih juara 1 Kategori STEM Young Researcher Award pada Pesta Sains Nasional di Institut Pertaian Bogor (IPB).

“Saat melakukan pemrogaman kami kesulitan menggabungkan alarm, pengisi daya dari panel surya dan USB Charging, serta pemrogaman sensor infrared,” katanya.

Ia tak menampik karena keterbatasan waktu lomba, produk topi pintar belum terlalu sempurna. Komponen belum terangkai secara rapi, tak ada jaminan alat tahan air dan debu. Tapi ia dan guru pembimbingnya bertekad untuk menyempurnakannya.