Logo

Toko Online Dianggap Bukan Penyebab Bisnis Ritel Lesu

Reporter:,Editor:

Sabtu, 19 January 2019 08:33 UTC

Toko Online Dianggap Bukan Penyebab Bisnis Ritel Lesu

Supermarket (ilustrasi). Foto: Pixabay.

JATIMNET.COM, Surabaya – Sepanjang 2018 lalu bisnis ritel memang tak terlalu menggembirakan. Pengusaha ritel menyebut toko online bukan penyebab utama toko eceran modern lesu.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Surabaya April Wahyu Widati mengatakan secara umum tren petumbuhan bisnis ritel pada 2018 berkisar pada angka 4-5 persen. Padahal pada masa jaya, tahun 2014, pertumbuhannya melejit hingga lebih 20 persen. “Ada beberapa penyebab (lesunya bisnis ritel). Gaya hidup yang berubah dan kesadaran kesehatan yang meningkat,” katanya pada Jatimnet.com, Kamis 17 Januari 2019.

BACA JUGA: Pasar Tradisonal Diusulkan Ber-Mindset Ritel Modern

Saat ini, kata dia, konsumen tak memusingkan kualitas kebutuhan pokok. Media sosial berperan penting mengubah gaya hidup itu. Orang lebih suka menyisipkan uang untuk pelesir dan eksis di media sosial, ketimbang mendapatkan bahan kebutuhan berkualitas wahid. “Turunnya (konsumsi) bukan secara volume, tetapi secara value,” katanya.

Gaya hidup semacam itu memicu bisnis kuliner dan tempat nongkrong menjamur. Orang memilih memenuhi kebutuhan konsumsi di tempat-tempat seperti itu dibanding menstok barang kebutuhan pokok di rumah. “Jika dulu sering belanja banyak untuk stok, mengisi kulkas dan camilan, sekarang mereka mengurangi konsumsi itu,” katanya.

BACA JUGA: Pengusaha Ritel Tetap Optimis Hadapi Tahun Politik

Selain itu, kesadaran hidup sehat dengan mengurangi konsumsi makanan dan minuman instan juga meningkat. Contohnya kecenderungan memilih minuman alami dibanding berkarbonasi. “Ya itu tadi, ujung-ujungnya value yang berubah,” katanya.

Konsumen pun kini gemar berbelanja melalui cara online. Cara itu mengubah value sekaligus menggusur toko offline. Sehingga jika industri ritel tak beradaptasi, dengan merambah pemasaran online, mereka akan sulit mempertahankan pasarnya. “Kami butuh modifikasi di dua sisi penjualan ini agar lebih baik,’ katanya.