Minggu, 16 January 2022 07:40 UTC
MONUMEN ALUTSISTA. Demonstrasi pesilat saat peresmian monumen alutsita berserajah milik TNI AL di Taman Kota Caruban Asti, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, Minggu, 16 Januari 2022. Foto: Nd.Nugroho
JATIMNET.COM, Madiun – Tiga monumen alutsista milik TNI AL yang telah dibangun di Kabupaten Madiun akhirnya diresmikan KASAL Laksamana Yudo Margono, Minggu, 16 Januari 2022. Kegiatan itu berlangsung di Taman Kota Caruban Asti, Kecamatan Mejayan, dengan dihadiri jajaran Forkopimda setempat
Di lokasi itu didirikan monumen pesawat Nomad N-24 P-843 dan ranjau tanduk yang pernah terlibat dalam sejumlah operasi dan latihan militer. Sedangkan monumen lain yang juga diresmikan adalah Tank Amfibi PT-76 dan Meriam M-30 Howitzer di kawasan exit tol Dumpil, Madiun.
Yudo mengatakan ketiga alutisita tersebut banyak berjasa dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. Ini termasuk pada operasi-operasi perjuangan yang tercatat dalam perjalanan sejarah bangsa. “Pernah digunakan untuk Operasi Dwikora, Trikora, dan Seroja,” kata Yudo.
BACA JUGA: TNI AL Hibahkan Pesawat dan Tank untuk Monumen di Kabupaten Madiun
Ia lantas menjelaskan peran dari alutsista itu pada masa lalu. Untuk pesawat Nomad N-24 P-84 digunakan dalam patroli di wilayah perairan Indonesia. “Melaksanakan intai maritim yang bisa terbang rendah dan mampu melihat sasaran lebih riil,” ujar pria asli Kabupaten Madiun ini.
Namun, akhirnya pesawat itu dipurnatugaskan pada tahun 2021. Ini karena faktor usia dan jam terbang dalam mengikuti latihan dan operasi militer. Hingga akhirnya, tugas dari pesawat yang memiliki panjang 14,34 meter dan lebar 16,53 meter buatan Australia tahun 1984 ini digantikan pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia.
Dalam kesempatan itu, ia juga menjelaskan tugas dari Tank Amfibi PT-76 yang dijadikan monumen di gerbang tol Dumpil. Kendaraan lapis baja buatan Uni Soviet yang masuk jajaran TNI Angkatan Laut pada tahun 1964 ini digunakan Korps Marinir dalam sejumlah operasi.
BACA JUGA: Viral Pesawat Buatan Suyanto Warga Lamongan, Akan Diserahkan ke Negara
Alutsita yang diproduksi tahun 1951 ini terlibat dalam Operasi Dwikora di Kalimatan tahun 1964-1965. Selain itu juga digunakan dalam Operasi Seroja di Timor Timur (1975-1979) dan Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh (2002-2005).
Tugas yang nyaris serupa juga diemban Meriam M-30 Howitzer. Alutsista buatan Uni Soviet tahun 1939 ini juga terlibat dalam tiga operasi militer serupa. “Karena sudah tidak digunakan dan digantikan yang baru, alutsita ini dibuat monumen,” kata Yudo.
Adapun tujuan dari pendirian monumen alutsista yang terlibat dalam sejarah bangsa ini untuk memberikan edukasi kepada generasi muda dan meningkatkan minat untuk bergabung menjadi anggota TNI Angkatan Laut.
