Sabtu, 10 July 2021 08:20 UTC
Ilustrasi Tenaga Kesehatan saat melakukan penanganan terhadap pasien Covid-19.
JATIMNET.COM, Mojokerto - Satu perawat anggota PPNI Kabupaten Mojokerto, bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof dr Soekandar Mojosari terpapar Covid-19, akhirnya meninggal dunia pada Jumat, 9 Juli 2021.
Perawat bertugas di ruang operasi tersebut menjalani isolasi mandiri (isoman). Hal itu diketahui setelah lima hari dirawat di rumahnya karena mengalami batuk pilek, sebelum akhirnya di rawat di rumah sakit tempatnya mengabdi.
"Setelah diobati ternyata tidak ada perkembangan, akhirnya masuk IGD karena mengalami gangguan sesak napas," kata Ketua DPD PPNI Kab Mojokerto HM Hartadi, Sabtu 10 Juli 2021.
Pihak rumah sakit sempat melakukan observasi, namun hasil menunjukkan terjadinya penurunan. "Dan ternyata saturasi oksigennya hanya 90, malah semakin menurun. Sudah dirawat secara intensif ternyata meninggal dunia kemarin," beber Hartadi.
Baca Juga: Kritis di Mobil, Warga Jetis Ditolak Sejumlah Rumah Sakit di Mojokerto
Menurut Hartadi, dalam catatannya sejak merebaknya pandemi, dari bulan Maret 2020 hingga 2021 sekarang, bahwa terdapat tiga anggota PPNI Kabupaten Mojokerto meningal karena Covid-19.
"Satu sudah pensiun atau purna tugas, satunya dosen tidak di pelayanan tahun 2020 lalu. Nah yang satu ini langsung melayani pasien Covid-19 di kamar operasi, soalnya bagian anestesi (pembiusan)," ujar pembina yayasan PPNI Kabupaten Mojokerto.
Sedangkan untuk perawat yang tergabung di PPNI dan tersebar di seluruh rumah sakit wilayah Kabupaten Mojokerto terpapar Covid-19 sampai sekarang totalnya 117 orang.
Rata-rata, masih kata Hartadi, mereka bertugas di fasilitas kesehatan pemerintah, seperti Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), Dua Rumah Sakit Umum Daerah, dan Ponkesdes (Pondok Kesehatan Desa). Kemudian di rumah sakit swasta yang ada.
Baca Juga: RS Penuh Pasien Covid, PMI Mojokerto Kesulitan Rujuk Korban Kecelakaan
"Sampai hari ini yang kami laporkan dengan hasil positif 117 orang, termasuk saya waktu itu isolasi dua minggu," ia menerangkan.
Hartadi menilai, tingginya jumlah tenaga kesehatan terpapar Covid itu kembali terjadi sejak lebaran Idulfitri 1442 Hijriyah mencapai 10 nakes. Kemudian dilanjutkan adanya mutasi penyebaran virus Covid-19 varian baru Delta di Bangkalan, Madura.
Belum lagi kondisi nakes semakin kelelahan menangani pasien Covid-19, kian hari makin meningkat, menyebabkan stres dan semakin membuat garda terdepan penanganan Covid-19 ini terpapar satu persatu.
"Mereka tidak pernah libur meskipun pegawai yang lain libur dan ini lagi insentifnya yang diharapkan dari pemerintah ternyata masih tertunda terus. Tentu saja ini ada stres terbaru yang bisa menurunkan imun," ia memungkasi.