Senin, 14 February 2022 11:00 UTC

Rakor yang dipimpin Gubernur Jatim di Jember menyikapi kelompok ritual tertentu, Senin 14 Februari 2022. Foto: Humas Pemkab Jember
JATIMNET.COM, Jember – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong penguatan ormas Islam seperti MUI, NU, Muhammadiyah dan sebagainya dalam menyikapi masalah spiritual di masyarakat. Hal itu menyikapi insiden kecelakaan ritual yang terjadi di Pantai Payangan yang dilakukan kelompok spiritual tertentu.
“Kita punya remote system seperti MUI, NU, Muhammadiyah dan lain-lain. Sekali beri tausiyah bisa langsung turun ke bawah. Ini terkait patologi sosial juga,” tutur Khofifah saat menggelar rapat koordinasi yang digelar di Pendopo Wahyawibawagraha, rumah dinas bupati Jember pada Senin 14 Februari 2022.
Rakor tersebut dihadiri jajaran forkopimda Jember seperti bupati, kapolres, dandim dan kejari. Selain itu, Gubernur juga mengundang perwakilan ormas Islam yakni MUI, NU, Muhammadiyah, Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) serta perwakilan beberapa pesantren yang ada di Jember.
Kasus ritual maut yang menelan 11 nyawa pada Sabtu dini hari lalu, diduga dilakukan oleh kelompok spiritual Jaya Tunggal Nusantara. Berkaca dari hal tersebut, Khofifah berharap lembaga keagamaan mampu mengembalikan fungsi juru penerang agama dalam sektor spiritual masyarakat.
Baca Juga: Ini Kronologis 24 Orang "Dihantam" Ombak di Pantai Payangan Ketika Akan Lakukan Ritual
Gubernur Khofifah juga mendukung inisiatif bupati Jember untuk mengeluarkan surat edaran yang melarang warga beraktivitas dekat pantai yang membahayakan.
“Jadi ketika pak bupati mengeluarkan SE, pak Kapolres punya dasar hukum dalam menertibkan hal-hal yang membahayakan di pinggir pantai. Kalaupun surfing, kan sudah ada standar keamanan peralatannya,” ujar mantan Mensos ini.
Lebih lanjut, Khofifah juga mendorong bupati Hendy untuk menyiapkan regulasi yang lebih tegas mengatur padepokan yang menggunakan nama tertentu.
Hal ini terkait dengan padepokan Jaya Tunggal Nusantara yang disebut-sebut memiliki banyak pengikut dan kerap melakukan aktivitas yang mencurigakan.
Baca Juga: Terseret Ombak Pantai Payangan, 10 Orang Ditemukan Meninggal, Ini Identitas Korban
“Ini bisa jadi referensi untuk pengaturan di daerah lain. Sehingga kalau mau ada pembinaan, lebih mudah. Ya perkecualian untuk padepokan silat yang memang sudah jelas kegiatan dan strukturnya,” tutur perempuan yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU ini.
Khofifah membandingkan kasus di Jember ini dengan yang terjadi di Probolinggo beberapa tahun lalu. Yakni Padepokan Dimas Kanjeng yang menelan banyak korban dengan modus penggandaan uang.
“Jadi perizinan atau legalitas dari sebuah lembaga, ini perlu diatur. Misal dengan mendaftar ke Kesbangpol. Jadi kalau misal Bhabinkamtibmas mau turun, sebagai unsur polisi yang terbawah, ada pijakannya,” tutur Khofifah.
Usai memimpin rakor, Khofifah juga mengunjungi keluarga korban ritual maut untuk memberikan bantuan.
Seperti diberitakan sebelumnya, dalam insiden ritual di Pantai Payangan, 11 anggota kelompok tersebut meninggal dunia karena sapuan ombak Samudra Hindia. Sedangkan 12 orang lainnya berhasil selamat, termasuk pimpinan kelompok Jaya Tunggal Nusantara yang bernama Nurhasan alias Hasan (35 tahun).
