Selasa, 05 October 2021 11:40 UTC
NOMADEN. Petugas memperlihatkan kondisi pos kamling yang ditinggali Solehuddin dan dua anaknya. Foto: media sosial
JATIMNET.COM, Jember – Nasib malang dialami kakak beradik Zahra Fitriani, 9 tahun, dan Salsabilla Putri, 8 tahun. Setelah sang ibu meninggal dunia di Bali, dua gadis mungil ini harus hidup nomaden bersama sang ayah. Selama setahun terakhir, mereka tinggal di sebuah pos kamling yang ada di Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang, Jember.
“Sebenarnya saya ada keluarga di sini, rumah mertua atau orang tua dari almarhumah istri saya. Tetapi rumah itu ditinggali oleh saudara ipar, saya segan kalau mau numpang,” ujar Solehuddin, 32 tahun, ayah dua gadis malang tersebut saat ditemui awak media di pos kamling yang ia huni, Selasa, 5 Oktober 2021.
Sebelum tinggal di pos kamling tersebut, Solahuddin bersama dua anaknya tinggal berpindah-pindah dengan menumpang di tempat orang lain. “Kadang di emperan rumah warga. Terus sempat juga numpang di rumah kosong yang ada di Pakusari. Tetapi setelah dihuni yang punya rumah, saya pindah dan tinggal di sini,” tutur Solehuddin.
BACA JUGA: DP3A Situbondo Bantu Keluarga Miskin yang Tiga Anaknya Tak Sekolah
Akibat tinggal di pos kamling, sang anak selama setahun terakhir juga tidak bersekolah. “Dulu pernah sekolah SD di Pakusari. Tapi karena ada kendala biaya, ikut saya, jadi tidak sekolah,” tutur Solehuddin.
Selama tinggal di pos kamling, mereka biasa melakukan aktivitas MCK di sungai terdekat. Solehuddin bekerja serabutan. “Kadang bantu di bengkel. Kalau sekarang juga buat layangan untuk dijual ke anak-anak,” ujarnya.
Dua anak tersebut juga kerap ikut sang ayah jika sedang bekerja serabutan. “Kalau untuk makan, kadang ada warga yang memberi ke kami. Kadang juga beli di warung,” ujar Solehuddin.
Kisah Solahuddin ini kemudian viral karena diunggah ke media sosial oleh salah satu warga. Selang beberapa jam setelah viral, pemerintah langsung mendatangi Solehuddin.
“Setelah kita datangi, lalu kita ajak pindah ke tempat yang lebih layak,” ujar Plt Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jember Widi Prasetyo saat dikonfirmasi.
BACA JUGA: Program Rehabilitasi Sosial Rutilahu Tingkatkan Kondisi Fisik Rumah Tak Layak Huni
Semula, mereka sempat diajak tinggal di rumah peristirahatan milik pengasuh Pondok Pesantren Asshiddiqie Putri (Ashri) KH Saiful Rijal Abdul Chalim. Kebetulan, Gus Saif –sapaan akrabnya- memiliki rumah di Antirogo yang tidak jauh dari lokasi pos kamling yang didiami Solehuddin dan dua anaknya.
“Tetapi anak-anaknya nangis, tidak mau tinggal di sana. Karena tidak punya teman bermain,” kata Widi.
Akhirnya diputuskan untuk sementara mereka menumpang di rumah seorang warga terdekat. “Sambil kita carikan tanah kosong, nanti diikutkan program pembangunan RTLH (Rumah Tidak Layak Huni),” ujar Widi.
Pemkab Jember juga menjamin kebutuhan dasar keluarga Solehuddin setidaknya selam 30 hari ke depan. “Yang paling utama adalah dua anak ini harus sekolah, wajib itu. Negara harus hadir untuk memastikannya,” kata Widi.
Diakui Widi, keluarga kecil Solehuddin selama ini tidak pernah tersentuh satupun program bantuan sosial dari pemerintah. “Karena namanya tidak tercatat di data pokok, sehingga sampai kapanpun tidak akan bisa mendapatkan bantuan seperti PKH dan sebagainya. Tadi sudah kita proses untuk masuk daftar. Juga BPJS Kesehatan bersama dua anaknya,” kata Widi.