Logo

Survei MM Unair, 80 Persen Warga Surabaya Puas dengan Kinerja Wali Kota Surabaya yang Baru

Reporter:,Editor:

Senin, 14 June 2021 07:00 UTC

Survei MM Unair, 80 Persen Warga Surabaya Puas dengan Kinerja Wali Kota Surabaya yang Baru

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji. Foto: Humas Pemkot Surabaya.

JATIMNET.COM, Surabaya - Mahasiswa Magister Manajemen (MM) Universitas Airlangga (Unair) melakukan survei persepsi publik terhadap kinerja Wali Kota Surabaya dan Wakil Wali Kota Surabaya yang baru dalam kurun waktu 100 hari pemerintahannya. Hasilnya, 80 persen warga Surabaya mengaku puas dengan kinerja penerus wali kota sebelumnya, Tri Rismaharini tersebut.

Menurut koordinator peneliti Irviene Maretha, dalam survei yang dilakukan, mereka memotret berbagai agenda yang menjadi perhatian masyarakat Surabaya dalam 100 hari pemerintahan Eri Cahyadi - Armuji. Seperti penanganan pandemi, penyediaan lapangan pekerjaan, kemudahan transportasi publik dan agenda publik penting lainnya.

Penelitian ini dilakukan mahasiswa Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Angkatan 55/AP. Survei dilaksanakan pada 15 - 25 Mei 2021 lalu, dengan menggunakan metode multistage random sampling dengan 100 responden. Margin of error sebesar kurang lebih 4 persen dan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.

"Ada beberapa topik permasalahan yang kami survei. Salah satu yang menarik adalah persepsi tentang pelayanan pemerintah. 93 persen warga mengaku tidak pernah punya pengalaman buruk dengan pelayanan pemerintahan," kata Irviene.

Baca Juga: Ini Gebrakan 100 Hari Eri Cahyadi-Armuji yang Mampu Mengubah Surabaya

Alumni manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Paramadina 2009 ini menjelaskan, terobosan yang dilakukan Pemkot Surabaya dalam memberikan pelayanan secara online juga mendapat sentimen positif dari warga. Sebanyak 67 persen warga merasa lebih mudah mendapat pelayanan dan 98 persen warga tidak pernah mengalami dipersulit dalam pelayanan pemerintahan.

"Masyarakat menginginkan pemerintahan yang baru meneruskan jejak kemajuan kota yang dirintis pemerintahan Tri Rismaharini, dan secara meyakinkan sejauh ini dipersepsi oleh masyarakat Eri Cahyadi - Armuji masih on the track," Irviene yang saat ini bekerja di Good Doctor Technology Indonesia.

"Dua faktor penting yaitu pelayanan publik dan transparansi kebijakan menjadi dua hal yang diharapkan untuk terus diutamakan. Selain itu juga konsistensi menjalankan sosialisasi terkait penerapan sistem online yang telah diterapkan diharapkan dapat ditingkatkan," ia menambahkan.

Terkait infrastruktur jalan, Didik Prasetiyono, peneliti yang juga mahasiswa magister manajemen menjelaskan 93 persen warga setuju jalanan dan pedestrian di Kota Surabaya sudah bagus. Begitu pula dengan akses ke tempat tinggal, 91 persen populasi merasa puas atas fasilitas kemajuan infratruktur jalan.

Baca Juga: Eri Cahyadi-Armuji Siap Lanjutkan Kebaikan

Sedangkan terkait masalah banjir, 87 persen warga pernah merasakan situasi banjir saat hujan. Yang unik adalah meski mengalami banjir, namun 53 persen warga menganggap banjir hal yang biasa dan masih dalam tatan wajar. Sedangkan 42 persen warga tidak mempersoalkan masalah banjir tersebut.

"Soal banjir, kecepatan surutnya genangan menjadi alat ukur toleransi terhadap persepsi bahwa banjir masih wajar, hanya ada 5 persen yang merasa banjir sangat parah saat musim hujan hingga marah mengesalkan hati," ujar Didik yang saat ini menjabat Direktur Operasi PT SIER.

"Oleh karena itu, rekomendasi terhadap isu banjir ini adalah kebijakan kota tentang pengaturan drainase yang terintegrasi dan pembangunan rumah pompa di daerah rawan banjir, kami sertakan juga peta lokasi kecamatan mana saja yang harus di treatment segera" Didik menambahkan.

Mengenai persepsi kondisi kemacetan di Surabaya, walau diakui jalanan Kota Surabaya padat pada jam tertentu, tetapi sebanyak 67 persen populasi tidak merasakan kemacetan sebagai persoalan.

Baca Juga: Eri Cahyadi: Sembilan Poin Pembangunan Surabaya ke Depan di Tengah Pandemi

Kemudian 76 persen populasi mempunyai persepsi jalanan Kota Surabaya cukup lancar dan tidak terlalu macet dan 19 persen populasi merasa macet, tapi masih biasa saja dan 5 persen merasa sangat macet dan mengesalkan hati.

Sementara itu, Elizabeth Alexandria L, mahasiswi Magister Manajemen Unair yang juga ikut terlibat dalam penelitian ini mengatakan mengenai keamanan di Surabaya. Walau 87 persen warga merasa aman dan nyaman tinggal di Kota Surabaya, masih ada 13 persen warga yang berpersepsi tidak aman.

Kondisi itu disebabkan didominasi oleh narasi berita kasus perampokan, peredaran alkohol, peredaran narkoba, pencopetan, remaja merokok, penipuan, balap liar dan premanisme yang dirasa meresahkan warga.

Agar masalah ini bisa diatasi, alumni manajemen Fakultas Ilmu Budaya Unair 2012 ini memberikan rekomendasi agar pemkot memperbanyak CCTV, khususnya di daerah yang rawan kriminalitas, karena terlihat dalam survei bahwa adanya CCTV signifikan meningkatkan perasaan aman.

Baca Juga: Gebrakan - Inovasi 100 Hari Kerja Eri Cahyadi dan Armuji

Sementara, akibat pandemi Covid-19 yang melanda Kota Pahlawan, 73 persen responden mengalami penurunan pendapatan. Dari jumlah itu, 70 persen warga mengalami penurunan pendapatan lebih dari 25 persen, bahkan hampir 30 persen warga mengalami pendapatannya turun hingga 50 - 75 persen dibanding sebelum pandemi Covid-19.

"Kondisi ini menjadi indikasi urgensi pada pemulihan ekonomi Surabaya di masa pandemi. Rekomendasi kami atas permasalahan ini adalah pemberian bantuan khususnya bantuan tunai langsung dan optimalisasi validitas data penerima bantuan atau korban terdampak pandemi menjadi faktor penting," ia mengungkapkan.

Sebanyak 34 persen warga merasa lapangan kerja yang tersedia sangat kurang. Kondisi ini disebabkan selain faktor pandemi Covid-19, juga karena ketidakseimbangan antara supply dan demand lapangan pekerjaan menjadi faktor.

Untuk penyediaan lapangan kerja ini, rekomendasi yang diberikan adalah pemberian kemudahan perizinan investasi untuk menarik investor lokal maupun asing berinvestasi, terutama pada proyek padat karya.

Kemudian implementasi proyek pemerintah padat karya yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Terkait masalah pendidikan, Achmad Zanwar A, yang juga ikut terlibat dalam penelitian mengatakan saat ini masih terjadi perdebatan di masyarakat terkait pembukaan sekolah.

Sebanyak 51 persen warga sekolah tetap ditutup dan 49 persen ingin sekolah dibuka. Kondisi ini berbeda dengan tempat ibadah, yang 82 persen warga ingin tempat ibadah dibuka dan 18 persen ditutup.

"Selama pandemi, sekolah dilakukan secara online. Namun cara ini menimbulkan masalah, karena 39 persen siswa tidak memiliki laptop atau komputer pribadi, mereka tentunya mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses belajar online. Akibatnya, pembelajaran secara online menjadi kurang efektif dan tidak dapat dirasakan oleh semua siswa," ujar alumni Sistem Informasi Universitas Brawijaya ini.

Kebijakan pembukaan kembali sekolah secara fisik harus dibarengi dengan sosialisasi yang baik, masyarakat terbelah seimbang antara mendukung sekolah dibuka versus tetap online," imbuhnya.

Meski saat ini pandemi Covid-19 masih belum berakhir, namun 90 persen warga ingin kelonggaran terkait akses pada sebagian atau semua sektor. Namun tetap kepatuhan terhadap protokol kesehatan menjadi elemen yang utama yang harus ditegakkan oleh pemerintah.

"Kerja keras Pak Eri Cahyadi dan Pak Armuji untuk menangani pandemi Covid-19 juga mendapat apresiasi dari masyarakat. Sebanyak 81 persen warga merasa puas terhadap penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan pemkot. Rekomendasi yang kami berikan adalah pemkot membuat peraturan yang konkret sebagai pedoman sektor-sektor ketika ingin membuka tempatnya," ia memungkasi.