Logo

Surat-surat Soekarno hingga Tan Malaka Dipamerkan

Reporter:

Sabtu, 10 November 2018 08:38 UTC

Surat-surat Soekarno hingga Tan Malaka Dipamerkan

Museum Nasional. Foto: IStimewa

JATIMNET.COM, Jakarta – Surat-surat bersejarah para pendiri bangsa seperti Soekarno, Tan Malaka, Sutan Sjahrir, dipamerkan di Museum Nasional, Jakarta, mulai 10-22 November 2018.

Pameran bertajuk “Surat Pendiri Bangsa” ini terdiri dari 25 surat. Selain surat Soekarno, Tan Malaka, Sutan Sjahrir, juga ada surat yang ditulis Mohammad Hatta, Kartini, Agus Salim, John Lie, dan Ki Hajar Dewantara.

Kurator Pameran Bonnie Triyana pada pembukaan pameran mengatakan, tokoh pendiri yang dipilih tentunya yang suratnya masih ada, dan dapat menggambarkan diri penulis maupun situasi saat itu.

“Pameran ini diharapkan dapat menstimulus para kaum muda untuk melihat sejarah atau informasi dari sumber utamanya,” kata Bonnie Triyana, Sabtu 10 November 2018.

BACA JUGA: Napak Tilas Pertempuran Surabaya

Surat-surat tersebut didapat dari koleksi berbagai instansi mau pun koleksi pribadi, antara lain Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Musem Taman Siswa, Museum Peranakan Tionghia, Arsip Nasional Belanda dan International Instituut voor Sociale Geschiedenis.

Sementara koleksi pribadi ada dari keluarga Mohammad Hatta yang dimiliki Gemala Hatta, surat Sutan Sjahrir dari koleksi guru besar sastra dan peradaban Belanda di Universitas Sorbone, Paris yaitu Kees Snoek, serta surat Tan Malaka dari sejarawan Harry Poeze.

Ditektur Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendimbud) Triana Wulandari mengatakan pameran tersebut adalah kolaborasi Kemendikbud dengan Historia.id.

Pameran ini ingin memberikan akses keapda publik tentang arsip-arsip yang selama ini tidak dapat dilihat secara langsung.

Surat-surat yang disajikan sebagian besar adalah surat asli, ada beberapa yang telah diduplikasi. Dia mengatakan hampir semua surat ditulis dalam Bahasa Belanda.

"Kali ini surat-surat tersebut telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan diberikan penjelasan yang kontekstual," kata Triana. (ant)