Senin, 04 January 2021 01:00 UTC
Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Surabaya - Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur Hadi Sulistyo menyebutkan pandemi Covid-19 mempengaruhi stok kedelai di wilayahnya. Gelombang kedua persebaran virus SARS CoV-2 sedikit banyak mempengaruhi pasokan kedelai yang masih bergantung pada impor.
"Kemudian distribusi antar wilayah di Indonesia mulai tersendat karena mulai ada pembatasan. Selain itu daya beli turun, membuat harga terkontraksi," ujar Hadi, Minggu 3 Januari 2021.
Pada Tahun 2020 kedelai defisit sekitar 39 ribu ton. Sementara sepanjang tahun lalu produksinya hanya sebanyak 57.235 ton.
Jawa Timur, kata Hadi, memang masih bergantung pada impor. Pasalnya, banyak petani menilai tanaman ini membutuhkan ongkos produksi yang cukup tinggi. Sedangkan harga panen kedelai lokal juga tidak terlalu bagus. "Sehingga petani beralih ke tanaman komoditas lain seperti padi dan jagung," tegasnya.
Pun demikian, Hadi memastikan tetap akan berupaya melakukan perluasan area tanam dan sosialisasi pola tumpang sari ke petani. "Selain itu mendorong industri olahan memakai kedelai lokal," ungkapnya.
Terpisah, sejumlah pengrajin tempe menjerit. Sebab, harga kedelai yang menjadi bahan baku dalam beberapa hari terakhir terus meroket. "Harga tempe terus naik, awalnya jadi Rp 7.800. Tak lama kemudian naik lagi dan sekarang sudah diangka Rp 9.500 per kilo," ujar Koordinator Pengrajin Tempe Wonocolo Surabaya, Noto.
Dengan harga itu, ia menyebut memberatkan produksi tempe. "Bayangkan. Hari ini kita belanja kedelai dengan harga Rp 7.500. Setelah produksi dan belum sempat menjual hasil produksi harga kedalai sudah naik lagi," tegasnya.
Pihaknya berharap pemerintah bisa mendengar jeritan pengrajin tempe dan tahu agar segera menurunkan harga kedelai. "Kita mintanya harga kedelai kembali normal. Minta tolonglah pemerinta bantu pengusaha kecil ini," tegasnya.
Sekadar diketahui, pengrajin tempe yang terkumpul dalam Sahabat Pengrajin Tempe Pekalongan (SPTP) Indonesia, sempat menghentikan produksi mulai tanggal 1-3 Januri 2021.
"Besok kita mulai jualan. Tapi yang pasti kita akan naikkan harga mulai dari 20 sampai 30 persen," kata Noto.