Sabtu, 17 November 2018 10:07 UTC
Kiai Hamid. Foto: Google.
JATIMNET.COM, Surabaya – Calon wakil presiden nomor urut 1 KH Maruf Amin melakukan lawatan ke Jawa Timur, Sabtu 17 November 2018. Dalam jadwal acara yang diterima Jatimnet.com, Maruf mengunjungi sejumlah pesantren dan makam di Pasuruan dan Sidoarjo.
Tiba di Surabaya Sabtu petang, Maruf memulai perjalanan dengan mengunjungi Haul KH Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar di Pesantren Salafiyah, Kebonsari, Pasuruan pada Sabtu pagi.
Semasa hidupnya, Kiai Hamid adalah ulama yang kharismatik. Ajarannya menjadi teladan umat Islam hingga kini.
BACA JUGA: Ma’ruf Amin: Sekarang Banyak Aliran “Al-Makiyun”
Mengutip siaran video pendek yang dibuat TV9, stasiun televisi yang didirikan Nahdlatul Ulama Jawa Timur, Kiai Hamid lahir di Rembang, Jawa Tengah sekitar tahun 1914-1915. Ia terkenal sebagai sosok pemberani sejak kecil.
Pada usia 12 tahun, ayahnya mengirim ke Pesantren Kasingan, Rembang. Berikutnya, selama 12 tahun, ia pernah nyantri di Pesantren Tremas Pacitan, Jawa Timur.
Di pesantren itulah, kualitas keilmuan Kiai Hamid ditempa. Ia menguasai fiqh, balaghah, tasawuf, bahkan kanuragan. Atas permintaan masyarakat, ia lalu mengajarkan kitab di masjid-masjid di Pasuruan.
Kiai Hamid dikenal sebagai sosok ulama yang santun dan menghargai sesama manusia. Sebuah kisah yang termaktub dalam situs NU Online meriwayatkan, suatu hari Kiai Hamid kedatangan tamu, seorang lelaki dengan gelang emas di tangan.
BACA JUGA: Kampanye Pilpres, Pengamat: Perang Diksi, Minim Isi
Dalam ajaran Islam, haram hukumnya bagi seorang lelaki memakai perhiasan emas. Tapi bukannya langsung meminta sang tamu mencopot gelangnya, Kiai Hamid justru meminta gelang itu.
“Pak, gelangnya boleh saya minta,” kata Kiai Hamid pada tamunya.
Sadar yang minta ulama terhormat, tamu itu mengikhlaskan perhiasannya. “Monggo pak kiai.”
Kiai Hamid mengambil gelang itu. “Pak, ini gelangnya saya hadiahkan untuk istri Anda,” katanya sembari menyerahkan kembali gelang pada tamunya.
Sang tamu kebingungan. Ia bertanya alasan gelangnya dikembalikan. Dan, Kiai Hamid menjelaskan bahwa seorang lelaki dilarang memakai perhiasan emas.
Begitulah cara kiai berdakwah.
