Jumat, 08 November 2019 01:28 UTC
SEKONGKOL. Busani dan Bahar (istri dan anak) korban pembunuhan, Surono bersekongkol untuk membunuh. Diduga karena motif asmara dan perebutan harta. Foto: Adi Faizin
JATIMNET.COM, Jember – Pembunuhan terhadap Surono, petani dan pemilik kebun kopi yang ada di Dusun Juroju, Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, sudah direncanakan dengan matang. Sebelum membunuh pada dini hari, dua tersangka telah menyiapkan satu sak semen di sudut rumah.
Kedua pelaku, Busani (istri korban) dan Bahar Mario (anak kandung korban), berbagi peran agar pembunuhan berjalan dengan lancar. Sehari-harinya, Bahar yang bekerja dan merantau di Bali pulang untuk membunuh ayahnya sendiri dengan dibantu ibunya.
Bahar menjadi eksekutor pembunuhan diduga atas ide atau persetujuan dari ibunya. Dengan menggunakan linggis, Bahar mengayunkannya ke kepala ayah kandungnya yang sedang terlelap tidur.
BACA JUGA: Tujuh Bulan Hilang, Warga Jember Dikubur di Musala Rumah
"Biasanya korban S (Surono, red) tidur di kasur. Tetapi pada saat kejadian korban kebetulan tidur di lantai," kata Kapolres Jember, AKBP Alfian Nurrizal saat jumpa pers penetapan tersangka di Mapolres Jember, Kamis 7 November 2019.
Pada malam tersebut, listrik rumah sengaja dipadamkan oleh Busani, istri korban sekaligus ibu kandung pelaku. Diduga, hal itu agar perbuatan tersebut tidak diketahui oleh orang lain.
Tak cuma mematikan listrik. Busani juga menjalankan beberapa peran lain dalam peristiwa tersebut. Menggunakan lampu portable, ia membantu sang anak agar mudah menggotong mayat Surono untuk dikubur di salah satu sudut rumah.
BACA JUGA: Dikubur di Dalam Musala, Polisi Temukan Linggis di Bawah Jasad Surono
Selain itu, Busani juga berinisiatif membantu menyeret mayat Surono, meski upaya itu terhambat karena rasa takut Busani sendiri.
"Ibunya ini ketakutan melihat darah, sehingga kaki korban dilepas. Melihat itu, pelaku Bhr (Bahar, red) menyarankan sang ibu tidak usah ikut membantu," ujar Alfian.
"Sudah Bu, tidak usah ikut-ikut. Biar saya yang menyelesaikan ini semua," ucap Bahar kepada sang ibu, sebagaimana ditirukan oleh Kapolres Jember, AKBP Alfian Nurrizal.
Selanjutnya, Busani membantu menyiapkan cangkul yang digunakan Bahar untuk mengubur mayat ayahnya. Pada saat itu, bagian belakang rumah belum dibangun musala atau bangunan apapun.
BACA JUGA: Anak-Istri Pelaku Pembunuhan Pria yang Jasadnya Dikubur di Bawah Musala
"Saat itu hanya ada pagar bambu. Di kubur di belakang kamar. Digali sekitar 80 sentimeter," papar Alfian.
Setelah dikubur dengan tanah, Bahar melapisinya dengan semen yang sudah dicampur dengan air. Setelah itu, Bahar mencari tas milik Surono. "Lalu isinya dibuka dan berisi uang. Kemudian pelaku Bhr (Bahar, red) menghitung uang itu bersama ibunya lalu diamankan oleh pelaku Bhr," tutur Alfian.
Selain mengambil uang tunai, Bahar juga membawa sepeda motor ayahnya, CB 150 R yang saat ini sudah diamankan sebagai barang bukti.
Tiga hari setelah menghabisi nyawa ayah kandungnya, Bahar kembali ke tempatnya bekerja di Bali. Namun tidak lama di Bali, Bahar kembali dihubungi oleh sang ibu.
BACA JUGA: Harta dan Warisan Motif di Balik Pembunuhan Petani Kopi Jember
"Ibunya mengabarkan kalau tempat penguburan yang sudah dilapisi semen itu, retak. Lalu pelaku Bhr menyarankan kepada sang ibu, agar di atasnya ditaburi semen dicampur air," ungkap mantan Kapolres Probolinggo Kota ini.
Saran itu dituruti sang ibu. Namun, tetap tak berhasil. Khawatir perbuatannya terbongkar, selang beberapa hari kemudian, Bahar akhirnya kembali lagi ke Jember.
Sesampainya di rumah, Bahar membangun beberapa bangunan di atas titik tempat penguburan mayat Surono. Persis di atas titik penguburan, Bahar dan Busani membangun musala kecil.
Kemudian di sekitarnya juga dibangun kamar mandi, dapur, dan garasi tempat sepeda motor. Upaya itu berhasil menutupi kejahatan mereka hingga akhirnya polisi datang membongkarnya pada 3 November 2019 kemarin.
BACA JUGA: Drama Pembunuhan Bermotif Asmara
Kedatangan polisi untuk membongkar lantai musala itu atas dasar laporan dari Kepala Dusun, Misri alias Pak Edi. (Sebagai catatan, tradisi di masyarakat Madura seperti di Ledokombo, selalu memiliki nama alias, berdasarkan nama anak pertama, red).
Misri sendiri mengetahui ada jenazah Surono yang dikubur di bawah musala berdasarkan cerita dari Bahar Mario. Dari informasi yang dihimpun, selama beberapa hari terakhir, Bahar merasa tidak tenang karena dalam mimpinya kerap didatangi sang ayah.
Perasaan bersalah itu kemudian membuat Bahar pulang dari Bali ke Jember dan curhat ke Kepala Dusun. Curhatan itu yang spontan membuat Kepala Dusun Misri melapor ke polisi.
"Pengungkapan kasus ini, tidak lepas dari jasa Pak Misri alias Pak Edi, selaku Kepala Dusun Juroju, yang melaporkan kepada polisi tentang salah satu warganya yang hilang selama tujuh bulan. Kami berterima kasih sekali kepada beliau," pungkas Alfian.