Senin, 11 May 2020 09:40 UTC
RAZIA TOKO. Petugas mengingatkan pengelola toko yang masih membuka usahanya di masa PSBB tahap pertama, 1 Mei 2020. Foto: Restu Cahya
JATIMNET.COM, Surabaya – Para petugas medis Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya bersusah payah menangani warga yang terjangkit Covid-19. Pasalnya, tak semua warga mau berobat ke rumah sakit, meski hasil dari pemeriksaan swab menyatakan yang bersangkutan telah terkonfirmasi positif terinfeksi Covid-19.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Eddy Christijanto mengungkapkan orang yang terkonfirmasi positif ada yang tak merasakan gejala atau Orang Tanpa Gejala (OTG) seperti batuk, pilek, dan sesak. Untuk itu, penolakan saat akan dibawa tim medis ke rumah sakit muncul karena tak ada keluhan apa-apa.
“Tapi dia bawa virus. Untuk itu, kami dengan Kasatpol PP dan camat turun untuk menyadarkan mereka. Memang perlu seni sendiri untuk menyadarkan mereka. Gampang-gampang susah,” kata Eddy, Senin, 11 Mei 2020.
BACA JUGA: Ini Empat Langkah Lawan Covid-19 di Surabaya
Eddy menyebut, ada banyak cara persuasif yang dilakukan supaya para OTG itu mau dirawat di rumah sakit. Di antaranya dengan melibatkan pengurus RT, RW, dan tokoh masyarakat daerah setempat. Petugas merayu OTG agar bersedia menjalani uji swab di rumah sakit dengan biaya pengobatan gratis karena semuanya ditanggung Pemkot Surabaya.
“Nanti kalau swabnya negatif, kita kembalikan ke rumah lagi. Ketika ditinggal ke rumah sakit, rumah akan disemprot disinfektan,” ia memaparkan.
Upaya lain yang dilakukan Tim Gugus Covid-19 adalah dengan melibatkan pihak manajemen perusahaan jika yang bersangkutan sebagai karyawan perusahaan. Melalui pimpinan perusahaan, karyawan yang terjangkit Covid-19 yang semula menolak akhirnya luluh mengikuti saran pimpinan perusahaan untuk berobat.
“Kita hubungi pimpinan (mereka), akhirnya paham,” ia menuturkan.
BACA JUGA: Tim Gugus Tugas Pusat Turun Tangan Tangani Tiga Klaster Covid-19 Baru di Jatim
Yang menarik adalah dengan pelibatan pimpinan partai politik. Keterlibatan fungsionaris parpol ini terjadi karena OTG adalah kader partai. Langkah ini dilakukan setelah berbagai cara lain yang ditempuh gagal.
Setelah ditelisik, yang bersangkutan adalah kader partai. Kepada pimpinan parpol, disampaikan secara persuasif semata-mata untuk menyelamatkan yang bersangkutan, keluarga, dan tetangganya.
“Setelah panjang lebar kita jelaskan, akhirnya pimpinan partai memahami, kemudian membantu kita untuk mengajak mereka yang OTG agar mau berobat,” ia menjelaskan.
Upaya lainnya, yakni dengan melibatkan pihak kepolisian, Satpol PP dan perawat perempuan. Perawat dari puskesmas menjelaskan masalah medis, sedangkan masalah sosial disampaikan oleh petugas Satpol PP dan Linmas. Sementara aparat kepolisian menjelaskan masalah yang berkaitan dengan keamanan untuk warga.
“Harus ada strategi dan cara khusus untuk bisa mengajak mereka mau berobat ke rumah sakit. Kasus satu dengan lainnya tak sama dan gampang-gampang susah,” ia menegaskan.
Dari pengalaman yang dilalui tersebut, Eddy menyampaikan hingga saat ini ada sebanyak 24 orang yang harus didekati melalui bantuan pihak lain agar mereka mau dievakuasi dari rumah menuju rumah sakit untuk berobat.
“Di (Pasar Tradisional) PPI 17 orang yang mau kita evakuasi, di Rungkut ada tujuh orang,” ia menguraikan.
BACA JUGA: Rumah Sakit di Surabaya Overload Pasien Covid-19, Ini Jawaban Pemkot
Eddy mengatakan OTG yang enggan berobat ke rumah sakit ada yang satu keluarga sebanyak 6 orang meliputi orang tua, anak, dan cucu. Menurutnta, dalam menghadapi warga yang positif namun menolak berobat memang harus telaten.
“Ada yang sampai dua hari kita masih dekati. Alasan mereka enggan ke rumah sakit karena sudah mengisolasi diri,” ia menyebutkan.
Sementara berdasarkan data Tim Gugus Tugas Covid-19, rata-rata yang menolak berobat adalah yang berusia lanjut. Apabila tinggal serumah dengan anak dan cucu, dan rapid test-nya negatif, dipisahkan dahulu. Namun, untuk keperluan permakanan tetap ditanggung Pemkot Surabaya.