Logo

Serunya Lomba Agustusan Siswa Tuna Netra

Reporter:

Rabu, 15 August 2018 05:27 UTC

Serunya Lomba Agustusan Siswa Tuna Netra

Putu Bram Reno Sastrawan, salah satu siswa tunanetra ikut lomba peringatan Hari Kemerdekaan RI Ke-73. Foto : Fahmi Aziz.

JATIMNET.COM, Surabaya – Putu Bram Reno Sastrawan (17), gigih memasukkan ujung kawat pada topi berbentuk kerucut (corong) yang dipakainya. Topi itu harus bisa menggantung di tempat yang disediakan agar bisa menang. Berkali-kali, Reno berusaha menggantungkan topi itu namun hingga waktu yang ditentukan habis, Reno belum berhasil.

Meski begitu ia tidak putus asa. Ia optimis bisa menang di lomba berikutnya. Sambil diantar oleh seorang petugas, ia duduk kembali di antara teman-temannya.

“Iya tadi gak nutut waktu masukin kawatnya ke lubang,” kata Reno tersenyum, di Pendopo Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB), Rabu, 15 Agustus 2018.

Reno merupakan salah seorang siswa tunanetra kelas VII di YPAB, Jalan Gebang Putih, Surabaya. Meski memiliki keterbatasan fisik, Reno tampak bersemangat mengikuti lomba Peringatan Hari Kemerdekaan RI Ke-73.

Bersama-sama teman tunanetra lainnya, ia mengikuti rangkaian perlombaan yang digelar oleh YPAB. “Tadi sebelumnya ada lomba kupas telur dan estafet karaoke. Tapi kalah juga,” jelas Reno, yang tinggal di Jalan Candi Lontar Wetan Surabaya.

Menurut dia, 17 Agustus sendiri merupakan momen terbebasnya bangsa Indonesia dari kaum penjajah, baik Inggris, Belanda maupun Jepang. Sementara sebagai pemuda meski memiliki kekurangan fisik, perlu mengisi dengan berbagai hal positif.

“Saya berkeinginan menjadi penyanyi rock. Kebetulan juga saya bisa bermain musik,” jelasnya. Beberapa kali dirinya juga mengikuti penampilan, seperti pentas di THR Surabaya pada Bulan Ramadhan.

Senada juga disampaikan, Windi Nur Fadilah (14), kelas VII. Berkali-kali ia kalah dalam perlombaan. “Tapi ya yakin nanti lomba lainnya saya menang,” ujar perempuan yang bercita-cita menjadi qori’ah internasional.

Ia bercerita, meski tunanetra, ia beberapa kali ikut kompetisi baca Al-Quran tartil di Surabaya. Ia mengatakan, keterbatasan fisik tidak menjadi alasan seorang pemuda untuk berkarya, terutama dalam mengisi kemerdekaan bangsa ini.

Kepala Sekolah SMPLB-A Eko Purwanto menjelaskan, acara peringatan ini dilakukan setiap tahun. Dengan harapan dapat menumbuhkan rasa nasionalisme di antara para muridnya yang berkebutuhan khusus.

Ia menyebutkan, perlombaan itu sudah djmulai sejak Senin, 13 Agustus 2018. Berbagai lomba digelar. Di antaranya lomba literasi. Jadi, setiap murid diberikan buku bacaan dengan huruf braille. “Kemudian mereka diminta untuk menceriratakan kembali baik lisan maupun secara tertulis dengan braille,” jelas Eko di sela lomba.

Jumlah siswa di di YPAB setingkat SMP ada 28 siswa dan siswa setingkat SMA ada 9 orang. Sedangkan tenaga pengajarnya berjumlah 11 orang.

Eko menjelaskan seluruh siswanya merupakan anak berkebutuhan khusus tunanetra. Namun ada sebagian dari mereka yang cacat ganda, seperti juga merupakan tunagrahita hingga autis.

“Diharapkan dengan mengikuti perlombaan, dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dan kreativitasnya ” pungkas Eko.