Senin, 01 October 2018 12:16 UTC
Naiknya kebutuhan listrik di bulan September sebesar 0,23 persen tidak dibarengi dengan naiknya harga kebutuhan bahan pokok dan menyebabkan deflasi. FOTO: DOK.
JATIMNET.COM, Surabaya – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat deflasi di bulan September 2018 yang mencapai 0,01 persen. Angka tersebut merupakan yang terndah sepanjang sepuluh tahun terakhir ini yang disebabkan oleh perubahan harga kebutuhan pokok.
“Penurunan indeks harga konsumen sebesar 0,01 persen, dari 132,42 persen bulan Agustus menjadi 132,41 persen bulan September 2018. Ini juga disebabkan banyaknya perubahan harga di sebagian besar komoditas,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono, Senin 1 Oktober 2018.
Teguh menambahkan deflasi di bulan yang sama di tahun 2017 sebesar 0,19 persen, sedangkan deflasi di bulan September 2018 tercatat lebih rendah hingga -0,01 persen.
Jika dilihat tren musiman setiap bulan September dalam sepuluh tahun terakhir (2009-2018) telah terjadi delapan kali inflasi dan dua kali deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi pada September 2009 yang mencapai 1,20 persen sedangkan deflasi tertinggi mencapai 0,23 persen, yang terjadi September 2013. Dan pada September 2018 menjadi deflasi tertinggi kedua sepanjang sepuluh tahun terakhir.
“Yang menyebabkan deflasi adalah dari kelompok bahan makanan. Dengan mencapai angka deflasi hingga 0,87 persen,” ucap Teguh
Teguh mengatakan bulan September 2018, bahan makanan yang mengalami deflasi 0,87 persen, atau terjadi penurunan indeks dari 136,85 persen pada bulan Agustus 2018 menjadi 135,66 di bulan September 2018.
Terdapat lima subkelompok yang mengalami inflasi. Dengan inflasi tertinggi yaitu buah-buahan sebesar 3,99 persen, sedangkan inflasi terendah adalah lemak dan minyak sebesar 0,66 persen.
Sementara enam subkelompok mengalami deflasi, diantaranya bumbu-bumbuan yang menyumbang deflasi tertinggi sebesar 5,17 persen dan terendah 0,49 persen, yaitu kelompok ikan diawetkan.
Jika diperinci, kelompok bahan makanan memberi andil deflasi sebesar 0,19 persen di bulan September 2018. Komoditas dominan yang memberikan andil deflasi, yaitu; daging ayam ras sebesar 0,14 persen, telur ayam ras dan bawang merah sebesar 0,04 persen.
Sementara komoditas dominan yang memberikan andil inflasi, yaitu; jeruk sebesar 0,03 persen, pepaya dan kentang sebesar 0,02 persen.
Pada September 2018, dari tujuh kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi dan dua kelompok mengalami deflasi. Inflasi tertinggi adalah kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 1,02 persen.
Kemudian diikuti kelompok sandang sebesar 0,41 persen, kelompok kesehatan 0,29 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,23 persen, serta makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,21 persen.
Sementara yang mengalami deflasi antara lain; kelompok bahan makanan 0,87 persen dan jasa keuangan 0,24 persen.
