Jumat, 28 June 2019 14:45 UTC
CEK BARANG. Direktur pemasaran PG, Meinu Sadariyo saat mengecek loading ke kapal MV Tomini Dynasty. Foto: Agus Salim
JATIMNET.COM, Gresik - PT Petrokimia Gresik (PG) berhasil mencatat ekspor 157,3 ribu ton pupuk jenis urea pada Semester I (2019). Jumlah tersebut merupakan ekspor tertinggi pupuk urea sejak 2013.
Direktur Pemasaran Petrokimia Gresik Meinu Sadariyo menginformasikan, sepanjang Juni 2019 telah menyumbang ekspor terbesar dengan total kuantum 70,1 ribu ton dalam tiga kali ekspor.
Sebelumnya, perusahaan ini telah mengekspor 20 ribu ton urea ke Sri Lanka (23 Juni) dan 45,1 ribu ton urea menggunakan kapal MV Tomini Dynasty ke India (12 Juni). "Rekor terbesar PG ekspor urea sekali muat," kata Meinu, Jumat 28 Juni 2019.
BACA JUGA: Industri Petrokimia Skala Besar Investasi di Gresik
Di tengah tingginya pasokan urea dan rendahnya harga di pasar internasional, PG mampu bersaing di pasar urea hingga ekspor meski lebih dikenal di pasar NPK.
Pada bulan April dan Mei 2019, PG telah mengekspor pupuk urea ke India masing-masing sebanyak 24,5 ribu ton dan 20,4 ribu ton. Sehingga, total kuantum ekspor urea PG ke India sebesar 90 ribu ton hingga Juni 2019.
Selain India, juga Filipina dan Cina (Juni 2019) total kuantum ekspor ke Filipina sebesar 22,8 ribu ton dengan tiga kali ekspor yaitu 12,3 ribu ton di bulan Maret, 5,5 ribu ton pada bulan Mei, dan 5 ribu ton di bulan Juni.
BACA JUGA: Petrokimia Gresik Absen, Animo Penonton Proliga Diyakini Tidak Berkurang
Sedangkan ekspor urea ke Cina dilaksanakan pada bulan Mei 2019 dengan total kuantum 24,5 ribu ton. "Ekspor ini dilakukan PG setelah tuntas memenuhi alokasi subsidi petani di tanah air," tambah Meinu.
Produksi urea sendiri cukup besar setelah beroperasinya Pabrik Amoniak-Urea (Ammurea) II hingga bisa mengekspor urea jumlah besar dengan tetap memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
BACA JUGA: Petani Padi Dapat Proteksi Asuransi dari Petrokimia dan Jasindo
Langkah ekspor ini selaras dengan kebijakan holding PT Pupuk Indonesia (Persero) di mana perusahaan didorong dapat berkontribusi memacu pertumbuhan ekonomi nasional saat Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan.
“Beberapa negara sudah kami jajaki sebagai upaya meningkatkan penjualan pupuk di pasar internasional, tentunya dengan tidak mengabaikan pemenuhan kebutuhan pupuk subsidi di tanah air," pungkasnya.
