Kamis, 30 January 2025 06:00 UTC
Pj Wali Kota Mojokerto Moh. Ali Kuncoro saat menggelar konferensi pers terkait tenggelamnya siswa SMPN 7 Kota Mojokerto, Kamis, 30 Januari 2025. Foto: Hasan
JATIMNET.COM, Mojokerto – Pemerintah Kota Mojokerto membeberkan kronologi tewasnya empat siswa SMPN 7 Kota Mojokerto yang tenggelam di Pantai Drini, Gunungkidul, Yogyakarta, Selasa, 28 Januari 2025.
Hal ini disampaikan langsung Pj Walikota Mojokerto Mohammad Ali Kuncoro saat konferensi pers, Kamis 30 Januari 2025.
Berdasarkan informasi yang terkonfirmasi dari Polres Gunungkidul. 13 siswa keluar dari rombongan meski sudah mendapatkan arahan dari pihak sekolah terkait larangan mendekati garis pantai.
"Hanya 13 siswa yang keluar dari rombongan dan ini terkonfirmasi juga Kapolres Gunungkidul, menyampaikan karena ada komunikasi dengan Kapolres Mojokerto Kota. Bahwasanya imbauan itu memang sudah dilakukan," ujar Mas Pj, sapaan akrabnya.
BACA: 3 Siswa SMPN 7 Mojokerto Tewas Tenggelam di Pantai Drini, Pemkot Mojokerto Kirim Tim ke Gunungkidul
Sebanyak 257 siswa kelas 7 dan kelas 8 itu melakukan perjalanan sekitar pukul 21.00 WIB, Senin, 26 Januari 2025, dari halaman SMPN 7 Kota Mojokerto dengan mendendarai lima armada bus.
Sesampainya di parkiran yang tak jauh dari lokasi Pantai Drini, ratusan siswa dan 16 guru pendamping melakukan salat subuh dan bersih-bersih diri sekitar pukul 04.00 WIB.
Setelah itu, mereka sarapan pagi di restoran setempat dan berencana akan menuju lokasi pembatik sebagai tujuan outing class SMPN 7 Kota Mojokerto.
Namun, 13 siswa diketahui memilih bermain air dan terseret ombak pantai selatan saat yang lain membersihkan diri di sekitar Pantai Drini.
Belasan siswa itu keluar dari rombongan meski guru pendamping sudah memberikan pengumuman agar tak mendekati garis pantai yang 50 meter di depannya merupakan jurang atau palung laut.
BACA: Jenazah Siswa SMPN 7 Mojokerto yang Sempat Hilang di Pantai Drini Gunungkidul Tiba di Mojokerto
"Peringatan sudah dilakukan dan para pendamping melindungi para siswa sudah dilakukan. Tapi yang namanya siswa di usia yang masih belasan, tentu ketemu air inginnya bermain," katanya.
Meski begitu, pihaknya saat ini tak ingin mencari siapa yang salah atas musibah kecelakaan laut yang menelan empat korban jiwa itu. Sebab, pihak sekolah sudah berusaha melakukan perlindungan terhadap ratusan anak didik tersebut dengan memberikan imbauan dan larangan.
"Kita tidak mencari siapa yang salah, tapi ini kronologis dan kita sudah berusaha untuk mencari solusi terbaik dari permasalahan ini. Sehingga, 13 (anak) ini bermain dan ternyata gelombang laut pantai selatan saat itu tak bersahabat," kata Ali.
