Logo

Saran Kadin Jawa Timur Bila Amerika Cabut GSP

Reporter:,Editor:

Selasa, 05 February 2019 12:15 UTC

Saran Kadin Jawa Timur Bila Amerika Cabut GSP

Ilustrasi petikemas di Tanjung Perak

JATIMNET.COM, Surabaya - Pemerintah Indonesia harus bergerak cepat mengantisipasi kemungkinan dicabutnya fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) oleh Amerika Serikat. Langkah realistis adalah membuka pasar ekspor baru untuk menjaga neraca perdagangan.

Tim Ahli Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Jamhadi mengatakan, pengaruh pencabutan GSP atau pemotongan bea masuk perdagangan barang dari Indonesia akan sangat berpengaruh. Biaya ekspor akan membangkak.

"Perdagangan dengan Amerika Serikat 10,6 persen dari total ekspor Jawa Timur. Dengan non tarif barrier jadi (bertambah) mahal," ujar Jamhadi dihubungi melalui selulernya, Selasa 5 Februari 2019.

Neraca perdagangan Jawa Timur dengan Amerika Serikat memiliki tren yang cukup bagus. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menyebutkan, sepanjang 2018 ekspor non migas dengan negeri paman sam mencapai USD 2.589,22 juta. Meningkat 10,78 persen dibanding 2017 sebesar USD 2.337,35 juta.

BACA JUGA: Neraca Perdagangan Jatim Masih Merah

Sedangkan kinerja impor dengan Amerika Serikat di 2018 sebesar USD 1.454,25 juta. Meningkat dibandingkan tahun 2017 dengan capain USD 1.302,73 juta. 

Sebagai langkah antisipasi turunnya neraca perdagangan dengan Amerika Serikat, Jamhadi menyarankan untuk memaksimalkan pasar ekspor ASEAN yang terbilang cukup kuat. Sebanyak 21 persen ekspor Jawa Timur dilakukan ke negara-negara tetangga Indonesia itu.

Selain itu, Jawa Timur juga harus mulai berpikir untuk ekspansi pasar ke Benua Afrika. Data BPS Jawa Timur mencatat perdagangan dengan negara di Benua hitam itu sangat minim. Bahkan tidak menembus 13 besar negara tujuan ekspor. 

"Selain itu perdagangan antar pulau juga harus lebih dioptimalkan," ungkap Jamhadi.

Meski demikian, bukan berarti perdagangan dengan Amerika Serikat harus dilepas. "Dengan Amerika memiliki hubungan erat. Pengusahan disana ada yang membutuhkan bahan baku dari kita, begitu juga sebaliknya. Jadi tetap harus dijaga," tuturnya.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito mengakui, masalah GSP ini menjadi pekerjaan yang belum tuntas dari kunjungannya ke Amerika Serikat bulan lalu. Membengkaknya defisit perdagangan luar negeri Amerika Serikat ditengarai menjadi faktor utama rencana pencabutan GSP oleh pemerintahan Donald Trump itu.

"Mereka tentu menghendaki non tarif barrier yang terus berkepanjangan," kata Enggar seusai menghadiri seminar Nasional Tol Laut di Pelabuhan Tanjung Perak, Senin 4 Februari 2019. 

Politisi Partai Nasdem itupun berniat untuk segera menyelesaikannya. "Kita masih satu-satunya negara yang masih secara temporary (sementara) masih berjalan GSP," tandasnya.