Selasa, 18 December 2018 06:47 UTC
Kinerja ekspor-impor Jatim dalam lima tahun terakhir ini memerah akibat perang dagang Cina-Amerika Serikat. Foto: Dok.
JATIMNET.COM, Surabaya – Rapor perdagangan antar negara Jawa Timur dalam lima tahun terakhir ini masih merah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, perdagangan Jatim defisit 4.714,27 juta dolar AS hingga November 2018.
Hanya periode Januari-November 2016 Jatim bisa tersenyum lantaran surplus 858,30 ribu dolar AS. Sedangkan empat tahun lainnya Jatim selalu defisit, seperti periode Januari-November 2014 defisit terbanyak, yakni 6.025,52 juta dolar AS.
Sedangkan periode 2015 defisit 1.887,04 juta dolar AS, dan defisit 2.223,15 juta dolar AS pada periode Januari-November 2017.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jawa Timur Satriyo Wibowo mengatakan, pada tahun ini neraca perdagangan ekspor dan impor memang turun tajam dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Bulan ini kinerja ekspor kita berbeda dengan tahun sebelumnya. Dibanding periode 2017 yang naik jika dibandingkan dengan periode setahun sebelumnya. Sedangkan periode tahun in turun dibanding periode Januari-November 2017,” ujar Satriyo, Selasa 19 Desember 2018.
BACA JUGA: Jatim Defisit 0,35 Miliar Dolar AS Di Bulan September
Neraca perdagangan ekspor-impor Jatim di bulan November minus dari bulan sebelumnya, yakni 696,53 ribu dolar AS. Satriyo menyebutkan, memburuknya neraca perdagangan luar negeri itu salah satunya disebabkan lesunya kondisi ekonomi global.
“Semua permintaan pasar luar negeri untuk ekspor kita menurun, baik migas maupun non migas,” ungkapnya.
Diakui Satriyo, sebenarnya dari sektor migas dan non migas, yang paling berpengaruh terhadap neraca perdagangan luar negeri Jawa Timur adalah perhiasan dan permata yang menjadi andalan.
Namun pada Oktober ke November turun signifikan, yakni menyentuh 66,61 persen. Meski masih menempati penyumbang tertinggi ekspor dengan 142,2 juta dolar AS, tapi jika terus menurun dinilai sangat mengkhawatirkan.
“Selain itu, perang dagang Amerika Serikat dan Cina memberi dampak negatif. Sebab impor dari Cina masuk Jatim, kemudian dikirim ke Amerika Serikat,” ungkap Satriyo.
Neraca perdagangan impor-ekspor Jawa Timur, menurutnya, harus lepas dari ketergantungan kepada Cina. Paling tidak bisa menggantikan komoditi yang dihasilkan Cina. “Kalau bisa menggantikan barang Cina untuk pasar AS, ekspor kita pasti meningkat tajam," tegasnya.