Selasa, 28 June 2022 06:20 UTC
Festival Reog yang digelar di Ponorogo.
JATIMNET.COM, Ponorogo – Pemerintah Kabupaten Ponorogo Tengah bersiap dengan sebuah Perayaan budaya terbesar khas Ponorogo, yakni sebuah Perayaan Grebeg Suro dan Peringatan Hari jadi Kabupaten Ponorogo ke-526.
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, mengatakan jika rangkaian acara Grebeg Suro kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Terlebih imbas dari pandemi Covid-19, Pemkab Ponorogo selama dua tahun yakni 2020 dan 2021 tidak bisa menyelenggarakan perayaan tahunan tersebut.
Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) tercatat ada 48 kegiatan, yang sudah dimulai pada 11 Juni lalu, hingga 28 Agustus mendatang dengan agenda Grebeg Tutup Suro. Dalam rangkaian kegiatan tersebut upacara pembukaan Grebeg Suro dilakukan pada 21 Juli dan bertempat di Panggung Utama Alun-Alun.
Sedangkan acara Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) XXVI akan dimulai pada 25 Juli hingga 28 Juli. Bedol pusaka sendiri juga akan dilakukan pada malam hari yakni pada 28 Juli, dan dimulai dari pringgitan atau rumah dinas Bupati.
Baca Juga: 600 Anak-anak Turun ke Jalan Tarikan Tarian Bujang Ganong
Kemudian Kirab Lintasan Sejarah dan Jamasan Pusaka akan dilakan esok siangnya yakni 29 Juli, dimulai dari makam Batoro Katong. “Festival Grebeg Suro tahun ini kami ingin mengusung tema Budaya dan Santri,” kata Giri, Selasa 28 Juni 2022.
Giri menerangkan diambilnya tema Budaya dan Santri karena santri itu yang mampu merawat kebinekaan, santri yang mampu tawaduk sopan santun kemudian beriman.
Sedangkan untuk tema budaya, ia ingin melibatkan seluruh unsur budaya yang ada di Ponorogo, mulai dari Jaranan, Gajah-gajahan, berbagai kontes budaya dan hobi. “Keris juga akan kami libatkan, mulai dari pembuatan hingga pameran,” terang Giri.
Ia menuturkan dalam rangkaian acara Grebeg Suro juga akan ada Pagelaran Keris Dunia yang dilaksanakan pada 26 Juli hingga 29 Juli yang bertempat di Pendopo Agung Pemkab Ponorogo.
Baca Juga: Reog Diklaim Malaysia, Akun IG Mendikbudristek ‘Diserang’ Warganet
Dalam acara tersebut ia ingin menyuguhkan kepada anak-anak muda bahwa keris juga mampu untuk menjadi semacam ekonomi kreatif, dimana keris tidak hanya dipandang dari sisi eksotismenya saja.
Giri ingin anak-anak muda tidak hanya memandang keris dari sisi kleniknya saja. Melainkan sebuah keris juga bisa dipandang dari sisi ilmiah dan juga ilmu pengetahuan.
Pasalnya dalam pembuatan keris ada proses bagaimana membentuk pamor dimana logam bahan keris yang dipanaskan hingga seribu derajat hingga terbentuk pamor.
“Sehingga kedepan anak-anak muda kami mampu menjadi empu-empu baru yang luar biasa tapi tidak dalam perspektif klenik, tapi perspektif budaya dan ilmu pengetahuan yang tinggi,” tutur Giri.
Baca Juga: Pemkab Ponorogo Berharap Reog Diusulkan sebagai Warisan Budaya ke Unesco
Giri menambah perayaan Grebeg Suro kali ia mengambil tagline “Bergandeng Erat, Bergerak Cepat, Ponorogo Hebat”. Selain pemilihan simbol Grebeg Suro yang bebentuk seperti nyala api atau melambangkan selayaknya sebuah siluet Reog Ponorogo.
Sedangkan pada bagian bawahnya ada seperti api juga melambangkan jika Pemkab Ponorogo sedang berapi-api untuk menggelar perayaan Grebeg Suro.
Dalam lambang Grebeg Suro juga terdapat sebuah kaligrafi dan beberapa guratan yang juga melabangkan jika kami bersinergi dengan semua unsur. Selain itu ada juga sedikit kaligrafi asma Allah yang berada di tengah simbol Grebeg Suro. “Semua orang mengakui bahwa tuhan itu Allah,” imbuh Giri.
Dengan semua rangakain Grebeg Suro tersebut Pemkab Ponorogo tak tanggung-tanggung dalam mengeluarkan anggaran, yakni mencapai Rp 3 miliar yang bersumber dari APBD Pemkab Ponorogo.
“Anggaran hampir Rp 8 miliar. Jer Basuki Mowo Bei, ono rego ono rupo. Untuk APBD hanya Rp 3 miliar, selebihnya ada dukungan teman-teman dan sponsor yang ingin berkolaborasi yang ingin terlibat,” ungkap Giri. (ADV/Inforial)
