
REOG. Kesenian tradisional Reog Ponorogo saat digelar di sentra UMKM jalan Trunojoyo. Foto: Gayuh/Dokumen
JATIMNET.COM, Surabaya – Klaim Malaysia terhadap Reog Ponorogo terulang kembali. Upaya ‘mematenkan’ kesenian itu sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO tengah diupayakan. Namun, tidak hanya Indonesia, negara tetangga, yakni Malaysia juga merencanakan hal yang sama.
Polemik ini memantik reaksi warga dan seniman reog di seluruh penjuru. Mereka menggelar aksi protes terhadap Negeri Jiran. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim juga didesak untuk meninjau kembali tentang nominasi warisan budaya tak benda yang diusulkan ke UNESCO.
BACA JUGA : Pemkab Ponorogo Berharap Reog Diusulkan sebagai Warisan Budaya ke Unesco
Hastag #saveponorogo sempat ramai di media sosial. Bahkan, akun instagram Mendikbudristek @nadiemmakarim ‘diserang’ warganet. Komentar ini ditulis pada postingan yang diunggahnya tentang pesan ‘sebagai guru terbaik adalah guru yang tidak pernah berhenti belajar’.
“Dipikir jugaa kebudayaan asli Indonesia, biar tidak diklaim negara asing pak” tulis akun @intan.agstni.
“REOG PONOROGO TOLONG DIBANTU NASIBE MAS MENTERI” tulis akun @novanandrianto.
Anggota tim pengusul Reog Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO, Hamy Wahjunianto menuding Mendikbudristek riskan melanggar konvensi UNESCO saat mengesampingkan kesenian reog yang terancam punah sebagai warisan budaya tak benda.
BACA JUGA : New Normal, Reog Kembali Pentas Tidak Untuk Grebeg Suro
“Dalam operational directive for the implementation of the convention for the safeguarding of the intangibel cultural heritage (petunjuk operasional ICH) yang diterbitkan UNESCO tahun 2020, prioritas pertama adalah nominasi warisan budaya tak benda yang membutuhkan perlindungan mendesak,’’ kata Hamy seperti dilansir dari situs resmi Pemkab Ponorogo, Senin (11/4/2022).
Menurut dia, Reog Ponorogo menjadi satu-satunya warisan budaya yang masuk dalam prioritas pertama yang diusulkan dalam berkas usulan daftar warisan budaya tak benda. Sebab, membutuhkan pelindungan mendesak. Sebaliknya, jamu, tenun, dan tempe tidak masuk prioritas.‘’Dalam masa pandemi, seni pertunjukan reog mengalami keterancaman yang nyata,’’ kata dia.