Senin, 02 December 2019 15:43 UTC
ANTISIPASI BANJIR. Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini meninjau sejumlah proyek pembangunan bozem dan tanggul untuk mengantisipasi banjir, Senin 2 Desember 2019. Foto: Khoirotul Lathifiyah.
JATIMNET.COM, Surabaya – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyebut risiko banjir maupun genangan saat musim hujan mendatang akan berkurang. Hal tersebut disampaikan dalam sidak beberapa proyek pompa air dan bozem di beberapa daerah di Surabaya.
“Pengerjaan (bozem dan tanggul Sumberjo) ini sudah hampir empat bulan,” kata Risma, sapaannya, saat sidak di kawasan bozem Sumberjo Surabaya, Senin 2 Desember 2019.
Risma menyampaikan rumah pompa di Jalan Ikan Mungsing, Tanjung Sadari Krembangan berkapasitas enam meter kibik. Nantinya pompa air tersebut berfungsi mengeluarkan air dari tengah kota menuju sungai Kali Lamong.
Agar pompa air berjalan maksimal, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) sudah memasang genset untuk mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik. “Tidak ada alasan lagi listrik mati, pompa mati,” Risma menambahkan.
BACA JUGA: Antisipasi Banjir, Pemkot Surabaya Bangun Tiga Pintu Air dan Bozem
Sedangkan pengerjaan proyek bozem, dan tanggul Clangap Kali Lamong, Sumberejo ditargetkan rampung pada dua bulan ke depan, atau diperkirakan Februari 2020.
Risma mengungkapkan bozem dan tanggul yang berlokasi di Clangap Kali Lamong, Kelurahan Sumberejo, Kecamatan Pakal bisa menampung air dari wilayah kota tengah Surabaya.

SIDAK. Tri Rismaharini melihat progres pembangunan tanggul di Jalan Ikan Mungsing. Foto: Khoirotul Lathifiyah.
“Untuk waduk (bozem) dengan kapasitas satu setengah hektare. Jadi ketimbang tahun lalu (2018), kami lebih siap mengantisipasi musim hujan tahun ini,” kata Risma.
Dia menjelaskan pembangunan tanggul juga sudah berjalan sesuai jadwal. Pasalnya tanggul sepanjang lima kilometer tersebut saat ini pengerjaannya kurang 1,8 kilometer.
BACA JUGA: Pemkab Tuban Larang Penambang Pasir Sedot Air Dekat Tanggul Bengawan Solo
Pemkot tidak memiliki anggaran untuk membuat tanggul beton. Sehingga pihaknya memanfaatkan lahan kosong milik pemkot untuk membuat tanggul dengan memanfaatkan tanah.
“Itu seperti di Belanda, tanggul menggunakan tanah. Kami punya tanah 1.500 hektare, dan kami keruk jadi bozem, hasil kerukannya dibuat tanggul,” kata dia.
Menurutnya, pembuatan tanggul menggunakan tanah sama kuatnya dengan tanggul dari beton. Hal tersebut terbukti adanya tanggul di sisi selatan yang sudah berdiri sejak lima tahun lalu.
Namun ia mengimbau agar kawasan tanggul dan bozem tidak digunakan bercocok tanam, agar kualitas tanah tetap baik digunakan sebagai tanggul.