Logo

Ratusan Ikan Koi di Mojokerto Mati Akibat Kemarau Panjang

Reporter:,Editor:

Selasa, 29 October 2019 12:33 UTC

Ratusan Ikan Koi di Mojokerto Mati Akibat Kemarau Panjang

DIRAWAT. Habiburohman menunjukkan ikan koi yang tengah sakit dan ditempatkan di kolam karantina, Selasa 29 Oktober 2019. Foto: Karina Norhadini.

JATIMNET.COM, Mojokerto – Cuaca panas akibat kemarau panjang dalam beberapa hari di Mojokerto dikeluhkan peternak ikan koi. Sebab suhu yang mencapai 37 derajat celsius ini menyebabkan ratusan ikan koi mati.

Fatkhul Goni (32), salah satu peternak ikan koi di Desa Kedungmaling, Kecamatan Brangkal, Kabupaten Mojokerto mengaku 150 ikan peliharaannya mati sejak Juli hingga Oktober ini, akibat cuaca yang panas.

“Ikan mati karena sakit itu siklus tahunan. Tapi matinya ikan karena suhu yang tinggi baru pertama kali saya alami,” kata pria yang tinggal di Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto itu saat dijumpai Jatimnet.com, Selasa 29 Oktober 2019.

BACA JUGA: Harga Anjlok, Peternak Blitar Obral Ayam Pedaging di Jalanan

Dia menambahkan untuk memelihara ikan koi idealnya berada di suhu 16-27 derajat celsius. Di atas suhu tersebut, lanjut Fatkhul, ikan koi sulit bisa berkembang biak dengan baik.

“Belum ada cara memelihara ikan koi pada musim kemarau panjang seperti tahun ini. Kalaupun saya paksakan memelihara akan semakin banyak ikan yang mati,” lanjut Fatkhul.

Salah satu solusi yang dia lakukan adalah menjual seluruh ikan peliharaannya. Dari 500 ekor yang dia miliki, 150 mati, sedangkan 340 telah laku dijual. Adapun sisa sepuluh ekor dijadikan indukan.

KOLAM KARANTINA. Sepuluh ikan tersisa dijadikan indukan yang ditempatkan di kolam karantina. Foto Karina Norhadini.

Fakhul Goni telah empat tahun memelihara ikan koi. Selain memiliki kolam peliharaan di Brangkal, dia juga memiliki kolam peliharaan di kawasan Sidoarjo. Dia memiliki dua jenis ikan koi, shiro dan soa.

Untuk jenis soa, dari sepuluh ikan indukan yang dia miliki sudah tiga minggu tidak diberi makan dan dimasukkan ke karantina karena sakit. “Kalau dipaksa dikasih makan, bisa tambah sakit, ditunggu sampai sembuh, baru dikasih makan,” lanjut Fatkhul.

Begitu juga dengan airnya harus diganti setiap hari, serta menggunakan alat stabiliser atau menggunakan garam kristal. “Nunggu sampai sembuh, setelah itu dikasih makan,” pungkasnya.

BACA JUGA: Kekeringan, Puluhan Pelajar Mojokerto Salat Istisqa

Peternak ikan koi lainnya, Habiburohman memilih menunggu sampai cuaca membaik atau memasuki musim hujan. Menurutnya waktu tersebut adalah saat yang tepat untuk memelihara ikan koi.

“Kematian ikan koi itu membuat kami rugi mencapai Rp 25-Rp 30 juta,” kata Gus Habib, sapaannya yang memelihara ikan koi bekerja sama dengan Fatkhul Goni.

Pemilik Pondok Pesantren Darul Dakwah di Desa Kedungmaling itu menjelaskan harga per ekor berkisar Rp 10.000 hingga Rp 12 juta. Dia menjualnya secara daring atau online, dan tidak hanya di Indonesia, tapi sudah mencapai Malaysia.

Koi yang berkualitas ditentukan warna, pola warna, ukuran, serta coraknya. Terlebih kalau ikan menang kontes corak, harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah.