Jumat, 22 July 2022 00:20 UTC
Direktur Utama PT INKA, Budi Noviantoro (masker merah) saat menjelaskan uji teknis prototype reefer container kepada Asisten Deputi Hilirisasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves, Amalyos Chan.
JATIMNET.COM, Jakarta – PT INKA (Persero), PT PELNI (Persero) dan Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sepakat bekerjasama dalam pengembangan pembuatan reefer container. Nantinya, peti kemas berpendingin yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan angkutan di dalam dan luar negeri.
Direktur Pengembangan PT INKA Agung Sedaju mengatakan bahwa kerjasama ini merupakan proyek lanjutan yang menggandeng pihak akademisi. Sebelumnya, pembuatan reefer container telah dijalankan antara PT INKA dan Universitas Brawijaya, Malang. Adapun sasarannya memenuhi kebutuhan nelayan dengan kapasitas 1 ton, 5 ton, dan 20 ft.
BACA JUGA : PT INKA dan PT PELNI Bekerjasama Membuat Kontainer Berpendingin Mini
Kemudian, mengajak ITS untuk memenuhi kebutuhan PELNI, yakni reefer container berkapasitas 20 ft hingga 40 ft. Masa uji coba berlangsung selama tiga bulan. “Keunggulannya,TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) sudah mencapai 60 persen,” ujar Agung dalam keterangan tertulis yang diterima jatimnet.com, Kamis malam, 22 Juli 2022.
Selain itu, pihak PT INKA, PELNI, dan ITS akan mempersiapkan pelaksanaan kerja sama lain di bidang logistik yang saling menguntungkan. Ini seperti menjajaki peluang yang dapat menjadi potensi bisnis, melakukan kajian baik dari aspek finansial, teknis, operasional, legal, dan aspek lainnya.
“Yang terkait dengan kerja sama sebagai tindak lanjut potensi bisnis, hingga menyusun kajian kelayakan (feasibility study),” ujar Agung.
Direktur Usaha Angkutan Barang dan Tol Laut PT PELNI (Persero) Yossianis Marciano menyampaikan bahwa setiap tiga bulan pihaknya melakukan evaluasi terhadap prorotype reefer container PT INKA.
“Kemarin kami sudah uji coba ke Natuna itu sudah berjalan tapi memang produktifitasnya mau kita tingkatkan. Sekarang kita tes lagi untuk wilayah Indonesia timur ternyata produktifitasnya ditingkatkan,” ungkap Yossianis.
Menurut Yossianis, tol laut difokuskan ke daerah “3 Tp” (terpencil, terluar dan terdepan) sehingga masyarakat tidak perlu mengirim produk dalam jumlah besar lagi.
BACA JUGA : Menhub Dorong TKDN Bus Listrik Lebih Dari 50 Persen
“1 ton pun sudah bisa direct dibeli pengusaha di Jakarta, Surabaya. Jadi sudah bisa langsung dibeli. Di sisi lain PELNI ini kan juga operator untuk konter-konter yang bukan hanya 1 ton dan 5 ton, 20 ft dan juga 40 ft. Jenis yang lain ini kita harus studi bersama dengan ITS dan juga INKA kita siapkan untuk publik. Produk lokal harus kita support,” jelas Yossianis.
